Translate

Jumat, 11 November 2016

Capolaga Field n Camp Day 2016 Another amazing story of RIM journey


Jam 22.00.
Kamar sejuk berpendingin udara, selimut hangat, kasur kering empuk,...mampukah dibandingkan dengan tenda yang beralaskan busa eva--yang bahkan tak mampu membohongi ketidakrataan tanah di bawahnya? Atau dibandingkan juga dengan alas yang dingin sebab rembesan air yang merintik sejak sore hingga nyaris tengah malam?
Tentu tidak.
Siapapun akan memilih kondisi pertama. Namun cerita berbeda ketika kondisi kedua itu kita yang memilihnya dengan sadar, dengan senang.
Dengan senang? Ya! Bagaimana tidak senang kalau bisa menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer bersama 'keluarga besar' yang dipersatuan (dulu) oleh tunggangan bernama chevrolet zafira. Kemanapun, bagaimanapun, kalau sama keluarga Rombongan Iwak Mrongos yang satu ini, insyaAllah hepi2 saja. Apalagi camping. Serunya, lokasi camping ini suer, beyond my expectation. Thanks to team survey: Om Satrio, Om Toink, Om Dino
Dari 20 kr (70 jiwa) yang mendaftar, 3 batal krn udzur yang memang tak bisa disangkal. Tapi sampai di lokasi, bergabung juga om Yosi n te Rini plus 2 krucilsnya dari Bandung--nunggu si teteh yang mau lomba marching band tingkat nasional kelar latihan dl. Datang malam2, hujan, tak menyurutkan niat untuk bergabung di kegiatan RIM kali ini: Capolaga Field n Camp Day 2016.
Om Agus yang kebetulan sedang berada di Bandung pun tak menyia-nyiakan kesempatan bergabung, memboyong nyonya n krucilnya, meski esoknya harus langsung cabut kembali ke Semarang.
Line up dari rest area KM 39 sekitar jam 09.00 Sabtu, kami meluncur ke tol Cipali. Keluar di pintu tol Subang-Pamanukan-Lembang. Menjelang 10 km menuju lokasi, gerimis mengiringi. Ndilalah, sampai di vila depan Capolaga, sudah ada mas penjual bakso pakai sepeda menunggu. (Ini penting bingit buat emak2. Xixixi). Cucoklah.. Kami bisa menikmati hangat dan pedesnya kuah bakso setelah parkir rapi, makan siang nasi, dan menghadap Ilahi.
Asar, hujan reda, kami pun menuju tenda. Berjarak sekitar 250 m dari villa, track yang dibuat lumayan landai. Ramah pula buat anak2 trekking. Beberapa bagian tanah biasa, sebagian lainnya berupa undakan beralas batu. Melintasi sungai, jembatan bambu yang bagian bawahnya dicor sangat memberikan rasa aman kepada penyeberang.
Tak lama membelah hutan pinus dan tanaman rendah lainnya, lokasi kemahpun seolah melambaikan tangannya dari bawah.
Dari ketiga camping yang pernah kami ikuti di komunitas mobil ini, landscape Capolaga ini yang paling asyik.
Tenda2 dipasang berjajar berhadapan di salah satu sisi sungai yang datar. Bebatuan besar kecil, jernih air mengalir, berisik gemericik arusnya, memaksa kami mencelupkan kaki dan tangan begitu menjangkaunya.
Tak jauh dari lokasi yang sudah kami booking, sekelompok orang lainnya pun mendirikan tenda. Tepat di depan air terjun--salah satu dari tiga air terjun yang ada disana. Sayangnya, simphony alam perpaduan nyanyian serangga dan aliran air kali terkontaminasi musik 'peradaban modern' mereka. Untungnya saat malam tiba, suara musik itu tak terlalu kencang bahkan akhirnya kalah oleh air hujan.
Ya, habis asar yang jadwalnya kami games, terpaksa diundur karena hujan. Nggak deras sih.. tapi lumayan bikin basah. Begitu pula acara api unggun malamnya. Kambing guling dan gule kami santap paginya, karena kebanyakan sudah anteng tidur di tenda selepas isya. Meski ada beberapa om yang ngobrol sampai menjelang tengah malam ditemani si kambing guling td dan rempeyek ikan om Mahesa. Plus kopi dan obrolan hahahihi
Terbangun pukul 2.30 dini hari, selepas minta antar yayang soulmate ke toilet--yang alhamdulillah nggak terlalu jauh--masuk angin yg sejak malam sebelumnya mendera mencapai klimaksnya. Aku muntah di belakang tenda. Good lah.. legaa.. tinggal dikeluarkan nih hormon endorfinnya. Caranya, 'ditato' tulang ikan sementara alias dikeroki. Minum panadol, bobo pulas sampai pagi. Tak peduli sana sini basah sisa2 rembesan hujan yang baru berhenti menjelang tengah malam.
Pagi, alhamdulillah matahari bersahabat sekali. Wajah2 ceria bermunculan dari dalam tenda, dari jajaran pohon, dari balik tebing rendah kali. Bahkan balita-batita yang ikut camping pun tak ada satu pun yang rewel. Semua hepi dan bobo nyenyak sekali.
Maka pesta kopi dan marsmellow bakar pun dimulai. Kopi buat om2 dan tante2 nya. Baristanya, om Hendra yang baru sekali itu ikut touring n camping RIM. Teman sekantor om Mahesa, sang creator logo RIM yang mirip2 Angler fish minus lampunya. Menurutku sih. Hehehe..
Biji kopi yang katanya sama dengan yg biasa dijual kedai kopi premium berlogo dewi itu langsung dihancurkan dgn coffee maker manual, diseduh air panas, dihidangkan tanpa gula. Sedapp.. really black coffee eh kopi tubruk tanpa gula nih.
Om Gondrong alias Om Dino dan siapa lagi ya.. bikin api unggun. Kesempatanku jd tukang sate pura2, menerima orderan krucils membakar marsmellownya. Ada yg suka sensasi gosong n gula mencair di dalamnya, ada yg suka marsmellow original.
Habis nyemil2, games pun dimulai. Bawa kelereng pakai sarung dan games lainnya buat krucils. Usai krucils menguji kekompakan dan sportifitas mereka, gantian mama dan papanya yang diuji. Dan seperti biasa, kalah menang, duet maut tante Lupi dan om Erick sie acara seumur hidup itu selalu membikin anak2 dan kami hepi dengan goodie bag dan dorrprize nya. Thank you buat te Mei sebagai donator doorprize, juga te Lia body shop atas urunnya. Ayaran, besok2 ya. Hehehe.
Usai games, ada yang trekking ke air terjun, ada yg nyebur lagi ke kali, sarapan nasgor plus gule n kambing guling, dll.
Menjelang jam 11 hampir semua kami sdh beres bebenah.
Nah, jika kemarin enak, turun, baliknya ini yang cukup bikin mama Ayaran ngos-ngosan. Menanjak oiy! Nggak terasa sudah 16 tahun dari terakhir kali kesasar-sasar di lereng Penanggungan bareng best best friendku.
Alhamdulillah, hujan deras turun saat kami sudah sampai seluruhnya di villa, usai foto2 bersama, memasukkan semua bawaan ke mobil, dan sholat.
Om Sigit dan anak2nya langsung balik ke Bandung, sementara om Yosi n family yang ngerasa belum 'panas' nekan gas, ikut wisata kuliner sate Maranggi di Purwakarta. Endes oiy! Dan termasuk bersahabat harganya untuk kantong org Jakarta. Di sinilah kami akhirnya berpencar. Terpecah menjadi beberapa group balik pulang ke BSD, Jakarta, Depok, Bekasi, dan sekitarnya.
20.15 Alhamdulillah. Sampai rumah.
Saat ini, aku tengah berselimut nyaman lagi. Membawa rasa bahagia bisa jalan bareng keluarga besar RIM, yang jejaknya kami mulai 2005. Kami tumbuh bersama. Melihat anak2 masih bayi, lalu tanpa terasa memasuki bangku sekolah dasarnya. Melihat kakak2nya yang dl anak2 beranjak remaja. Mengamati siapa yang lebih kurus di pertemuan kali ini--refer to tante Mei:p-- dan siapa yang tambah gemuk plus bekas jerawatnya 'ngadzubillahi'--ini nunjuk diri sendiri. Xixixi. Ora popo. Penting sukses mendekatkan anak2 ke alam. Refreshing dari runitinas yang menantang.:p
Big thanks to duet maut fotografer te Rukmi dan Om AJP untuk foto2 cantiknya.
Yes, apapun itu, jika kita tak berharap selain kebersamaan, dan kita tak bertindak laku melainkan kejujuran, maka, semua akan terasa manisnya. No hard feeling. Just fun. ðŸ˜ƒ
Tanah Baru, 14 menit menuju pergantian waktu. Okt '16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar