Translate

Senin, 12 Oktober 2015

Cara Memasang Kepala Ritsleting



Behind the Scene Olshop (Dos n Donts sebagai seller dan buyer online)

Sabtu lalu (10/10/’15), aku menimba ilmu di seminar keren dengan key speaker oke begete, Pak Laksita Utama Suhud seorang pakar marketing yang sekarang menjabat CEO Balai Kartini. Salah satu sharing pengalaman beliau yang membuat peserta ger-geran adalah perilaku pembeli buku beliau 10 Greatest Advertising Secrets yang aneh-aneh. Lucu sekaligus mengenaskan menggemaskan. Beberapa sudah kualami sendiri, misal pembeli yang tak sabar, tanyaaa terus soal pengiriman begitu sudah selesai transfer. Salahkah? Tidak tentu saja. Dengan semakin ‘seksi’nya transaksi online, wajar jika beberapa orang memanfaatkan kesempatan dengan berlaku curang, tipu-tipu. Tapi ya tetap saja ada batasan-batasan yang sebaiknya diindahkan oleh pembeli online. Sebaliknya, penjual pun harusnya memiliki attitude yang baik kepada pembeli. Pakai istilah Jawa, harus ‘open’ yang term paling tepat dalam bahasa Inggris adalah care.
Di bawah ini beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan oleh pembeli dan penjual online demi kenyamanan bersama.

1. Point pertama yang harus diingat, meskipun pembeli adalah raja, tapi Anda (pembeli) bukanlah satu-satunya raja. Jadi kalau penjual agak slow respon, maklumi saja. Mungkin dia sedang krisis karyawan. Sementara sebagai ibu (misal), dia juga harus membagi waktu dan tenaga dengan kegiatan lainnya. Hal ini biasanya terjadi di online shop bahan craft dimana system kerjanya belum tersusun secara otomatis seperti di market place atau web yang secara serius dikelola dengan beberapa tenaga IT dan admin.

2.   Hubungannya dengan point pertama, permudahlah diri Anda sendiri sebagai pembeli dengan memberi spesifikasi jelas item apa saja yang dimaui. Jangan membuat single chat (atau di jaman milist masih happening dulu dikenal dengan istilah one line comment). Misal ‘hallo mbak, mau pesan ring ukuran 4’. Lebih baik langsung jelaskan secara spesifik,’ Hallo Mbak, pesan ring ukuran 4, nikel, 1 lusin.’ Lebih bagus lagi kalau langsung diberi kodenya atau fotonya.

Lha kalau belum paham jenisnya ada apa aja bagaimana? Ya, cari tahu dong.. Penjual yang baik biasanya memberi informasi tentang barang yang dia jual. Bahan, ukuran, harga, dsb. Kecuali dia sedang ‘khilaf’, terlalu rempong karena masih single fighter sehingga belum sempat memberi keterangan di foto, atau barang tsb sengaja tidak diberi harga dengan alasan nggak ingin ‘dicontek’ pesaingnya.

 Jadilah pembeli yang cerdas. Karena dengan mencari informasi artinya Anda juga mengupgrade diri. Dengan menuliskan secara spesifik item apa aja yang kita maui, juga akan menghemat waktu Anda berbelanja. Karena meski kelihatan sedang online, bisa jadi penjual sedang melakukan hal lain atau melayani orang lain sehingga nggak bisa langsung membalas chat tersebut.

3.  Hubungannya dengan nomor dan 2, sebagai penjual, sebaiknya Andapun segera kembali ke jalan yang benar. Manusia sesungguhnya bukan makhluk multitasking yang bisa mengerjakan semua hal dalam waktu bersamaan. Adalah hak pembeli untuk mendapat pelayanan yang cepat dan memuaskan. Doakan Emak Ayaran segera dapat asisten yang oke begete lagi ya… Biar point ini nggak sekedar teori. Hiks!--> yang punya info teman/saudara nyari kerjaan, domisili sekitar Depok, Beji, boleh dong inbox aku. J

4. Point selanjutnya tentang transfer dana. Usahakan menyertakan bukti transfer. Karena yang transfer bukan Anda seorang. Bisa jadi ada pembeli lain yang transfer dengan nominal sama di bank yang sama. Kalau belum sempat mengirim bukti tt, setidaknya beri tahu transfer via bank mana atas nama siapa. Jangan hanya,’Sudah transfer Mbak.’ Kecuali, si penjual sudah mengecek akun banknya dan tidak meminta bukti lagi.

5. Sesudah transfer, tunggulah. Karena penjual butuh waktu untuk menyiapkan item-item yang dipesan. Apalagi kalau printilannya kecil2 banyak seperti di bahan craft. Biasanya penjual membutuhkan waktu 1-2 untuk menyiapkan orderan hingga siap kirim ke ekspedisi. Kecuali dia sedang nggak banyak orderan, bisa lebih cepet. Atau asistennya banyak dan sigap2. Atau justru bisa juga sedang kehabisan stock sehingga harus nunggu barang datang dari supplier. Yang seperti ini, sebaiknya dikomunikasikan oleh penjual ke pembeli sehingga keduanya nyaman.

6.  Kalau sudah diberi no resi, jadilah pembeli yang sabar dengan tidak menanyakan kenapa barang belum sampai. Apalagi kalau batas waktunya masih masuk akal. Misal, paket regular yang waktu pengiriman dari ekspedisinya 2-3 hari. Jangan lah pada hari kedua setelah diberi resi kita sudah tanya kenapa barang belum sampai. Pakai membandingkan dengan pembelian di olshop lain pada waktu yang sama pula. Hellooow, agen yang dipakai olshop itu kan nggak sama dengan agen yang kita pakai Bu.. lagian, kan masih masuk range waktu. Sabarlah… kalau mau cepet, ambillah paket yang bisa menggaransi sehari nyampai atau gojek, atau samperin langsung toko si penjual.

Aku sendiri sebagai pembeli biasanya memberi waktu satu minggu sesudah  transfer. Dengan perhitungan memberi waktu si penjual untuk menyiapkan dan waktu di ekspedisinya. Kalau lebih dari itu, baru aku tanya ke penjual. Meski sebenarnya kalau bisa pengin segera melihat dan memegang serta mengeksekusi barang pesananku tadi. Meski kenyataannya setwlah dielus-elus lebih sering digeletakkan dulu entah sampai kapan. :p
Atau jika diberi resi, aku bisa mengecek sendiri status barangku dimana. Kalau ada masalah, misal barang nyasar kemanaa gitu, baru minta tolong penjual untuk menanyakan ke pihak ekspedisi.

7.  Tentang alamat pengiriman, sebaiknya cantumkan secara lengkap di orderan sebelum direkap sehingga saat merekap penjual bisa memperkirakan dengan tepat ongkos kirimnya. Meliputi nama, RT/RW, kelurahan, kecamatan, kota/ kabupaten, dan yang terpenting kode posàini memudahkan mengecek ongkir via pos. Terpenting kedua nomor hape. Pihak ekspedisi selalu menanyakan nomor hape penerima. Sehingga saat delivery, jika ada kasus tertentu, ada nomor telpon yang bisa dihubungi.

8.  Tentang ongkos kirim, di point keenam kutulis ‘memperkirakan dengan tepat ongkos kirimnya’, ini tentu ada alasannya. Untuk produk-produk apparel yang terukur size termasuk berapa gramnya, sangat mudah untuk menentukan akan masuk berapa kg si paket. Tapi untuk barang-barang craft yang jenis dan kombinasinya dalam satu paket bisa bermacam-macam, jadi tidak sesederhana produk apparel.

Misal, untuk busa ati, dakron pres, bisa diperkirakanlah, untuk 3 m, akan memakan ongkos kirim sebesar 2 kg. Karena meskipun beratnya di bawah 1 kg, tapi dia makan volume setara 2 kg. Faktor petugas dan agen ekspedisi pun mempengaruhi ongkos kirim. Berdasarkan bisik-bisik di group penjual online dan pengalaman emak Ayaran, ada ekspedisi tertentu yang murah harganya tapi pelayanan perlu dipertanyakan. Ada yang ekspedisi sama tapi antar petugasnya kadang nggak standar. Ada pula yang agak mahal tapi lumayan bagus pelayanan. Beberapa kali kualami dari Depok kukirim malam, sampai di penerima di Bandung besok siangnya meski tak masuk yang paket sehari sampai. Tapi ada pula yang ke Bekasi, 2 hari sampai sesuai paket yang diambil.

Nah, untuk ongkos kirim yang agak sensi seperti ini, sebaiknya dikomunikasikan berdua. Harusnya ada kesepakatan, jika pembeli lebih ongkirnya bagaimana, jika kurang ya bagaimana. Selama ini Ayaran menawarkan opsi di refund, atau dideposit ke pelanggan. Atau, jika pelanggan yang kurang ongkos kirimnya, mereka dengan senang hati pun akan menambahkan. Kadang langsung, kadang pula nunggu orderan berikutnya. Suka-suka aja. Pokoknya damai keduanya. J

 9. Nah, setelah dikirim, ada baiknya penjual memberitahukan nomor resi pengiriman. Biar hati pembeli tenang lalu bisa menunggu paket datang dengan melakukan hal lain. Tidak kepo apakah barang jadi/sudah dikirim atau belum.
Pun, penjual akan saaangat menghargai jika pembeli mau memberi konfirmasi apakah barang sudah diterima atau belum. Hati ikutan ayem, tenang kalau si barang sudah diterima dengan selamat di tangan yang tepat. Karena mengirimkan paket dengan menitipkan ke ekspedisi seperti menitipkan anak-anaknya untuk diasuh orang lain yang lebih tepat, kepada tukang ojek. :P (hanya perumpamaan lho ya..)

10.  Hubungannya dengan tukang ojek, adanya ojek aplikasi dalam hal ini Gojek--yang biasa emak Ayaran pakai-- tentu mempermudah penjual dan pembeli. Proses pengiriman jadi lebih mudah dan cepat. Plus murah untuk barang-barang dengan volume besar atau berat banyak. Karena bisa bebas dari ‘screening’ dua hal tersebut. Dengan ongkir tetap, selagi kira2 besar dan beratnya masih masuk akal dan jarak memenuhi, ya tancap aja dengan nominal cukup 10 ribu (tarif saat ini yaa..).
Yang patut diperhatikan jika mengirim pakai gojek adalah,
a.       Pastikan sudah janjian terlebih dahulu antara pengirim dan penerima, kira2 jam berapa barang akan dikirim. Jadi tidak terjadi missed sehingga akan ada orang/penerima di alamat yang dituju.
b.      Pastikan nomor hape yang diberikan aktif dan diangkat saat ditelpon driver gojek. Mungkin dia minta arah-arahan menuju alamat tersebut.
c.       Jangan ragu-ragu untuk memberi tips, apalagi jika barang tersebut ‘menyiksa’ driver dengan beratnya yang lebih dari 3 kg atau volumenya yang buesar, atau jarak tempuh yang nyaris di luar radius yg disyaratkan.


11.  Tentang komplain. Saat barang diterima, mungkin akan terjadi beberapa kepuasan atau ketidakpuasan. Pembeli tentu berhak untuk complain selama barang yang dikirim memang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dan dibayar. Atau beberapa cacat yang fatal sehingga tidak bisa dipakai.

Eng… jujur, case yang ini sangat sensitive karena standart kepuasan setiap orang beda. Aku sendiri sebagai pribadi, kadang, lebih memilih tidak complain selama kerusakan/cacat itu bisa kuterima. Apalagi jika harganya murah (di bawah 20 ribu). Tapi untuk barang-barang yang mahal, misal rotary cutter, aku akan complain. Complain juga akan kulakukan jika aku peduli pada si penjual--meski barang yg kubeli harganya murah. biasanya karena sudah kenal baik. Demi perbaikan dan kebaikan dia, syukur-syukur dapat reward, misal diskon atau barang boleh ditukar. Hehehe..

Sebagai penjual, aku pun tak luput dari beberapa kali complain. Jujur, reaksi pertama adalah, waduh, rugi nih gue. Udah dapatnya seperti itu dari supplier, nggak diterima pula sama buyer. Tapi gimana lagi, daripada si buyer nggak menyampaikan uneg-unegnya ke kita lalu malah rasan-rasan dengan pembeli yang lain, lebih gawat.
Happy customer is a great marketer. But, angry customer is more dangerous than angry birds. Hehe..
Alhamdulillah, selama ini customer Ayaran baik-baik. Jadi kalau ada yang perlu dikomplain ya disampaikan langsung ke aku. Sedangkan kalau puas, silakan colek-colek di medsos jika ada yang membutuhkan barang yang sekiranya ada di Ayaran yaa... ^*^

12.  Point barang salah kirim/tertukar/ katutan. Alhamdulillah Ayaran belum (amit-amit jangan sampai deh) salah kirim. Tertukar pernah, itu karena si mbak Admin yang  baru salah merekap dan customer (yang masih newbie juga di ranah craft) belum ngeh perbedaan barang yang disebutkan di rekapan. Baru nyadar setelah barang diterima. Inilah kenapa memeriksa kembali rekapan itu perlu. Sedangkan kasus katutan (ada barang yang dengan seenaknya masuk di paket padahal nggak masuk nota), pernah juga dialami Ayaran karena si Mbak Asisten yang baru tadi kurang aware. Alhamdulillah, si mbak penerima orangnya baikkk banget. Jadi emak Ayaran dikasih tahu, lalu mau repot2 mempacking cantik dan mengirim balik si ‘penyelundup’ itu. Ongkir, tentu Emak Ayaran gantiin dong…

Trus apalagi ya… Sekian itu dulu deh.
Bonus,..aku bisikin nih.. Emak Ayaran biasanya ngirim ke ekspedisi malam. Jadi, yang sudah dapat ‘surat cinta’ lalu transfer sebelum jam 2 siang bisa langsung disiapkan untuk ikut pengiriman hari itu juga. Dengan syarat dan ketentuan berlaku ya.. misal barangnya ready dan gampang packingnya. Dakron pres termasuk special penanganan karena jika stock potongan habis dia harus dijembreng dulu sepanjang ruang tamu dan ruang makan, baru diukur, digarisi, dan dipotong. Tak seperti kain yang bisa dipotong sesuai seratnya, dakron yang lembut harus diperlakukan dengan lembut pula. :P Pas packing pun ada trik khusus biar bisa mampat, ngirit ongkir. Paling enak dan cepet nyiapin lalu packing adalah  ritsleting dan webbing.

Demikian curhat emak Ayaran. Maaf, jika ada kata-kata yang mungkin melukai hati. Silakan ambil jika bermanfaat, buang saja kalau dianggap bulshit belaka. :)

Tanah Baru, sehari menjelang ulang tahunku. :D 2015

Senin, 28 September 2015

Tentang Centang (Keling dan Jamur)


Pasti sudah akrab dong dengan aksesoris tas yang ini? Yap, fungsi utama keling (rivet) adalah untuk menyambung dua bahan--bisa yang sama jenisnya ataupun beda—selain juga untuk menambah nilai estetika. Ada banyak sekali jenis rivet/keling ini. Juga sejarahnya. Namun yang akan kita bahas sekarang lebih spesifik ke keling yang biasa kita pakai sehari-hari di ranah tas handmade. Seperti halnya aksesoris lain seperti ring atau  kunci sodok, rivet juga ada yang berwarna poles/bakar, emas, atau nikel.

Sedangkan berdasarkan jenis cap (tutupnya), ada 3 yang biasa kita pakai. Jenis pertama yang tanpa cap. Jadi dia bolong. Cap kedua datar, biasa disebut keling. Dan cap yang ketiga cembung seperti jamur sehingga biasa disebut centang jamur.

Beberapa jenis cap itu dikombinasikan sehingga bisa menjadi centang jamur, centang keling, double keling, keling jamur. Penggunaannya, disesuaikan dengan posisi dan kombinasi. Misal, untuk sisi belakang berada di bagian dalam tas (tertutupi oleh inner), maka dia aman saja jika dipasangi yang tanpa cap (cap bolong). Tapi jika dia dirancang untuk kelihatan, sebaiknya pakai yang bagian belakangnya cap keling.  Cap jamur biasanya diletakkan di bagian depan untuk menambah nilai estetika tas. Sesuaikan saja dengan handlenya—jika handlenya beli yang sudah siap pakai dan menggunakan rivet.

Tentang ukuran, kode menunjukan panjang kaki dan diameternya. Misal kode 810, artinya panjang kaki si keling 8 mm dengan diameter cap 10 mm. Alat penggetok memiliki kode disesuaikan dengan rivetnya. Ukuran yang tertera di penggetok bisa digunakan untuk rivet yang lebih kecil. Tapi tidak bisa digunakan untuk yang lebih besar. Begitu pula dengan alas.


Just sharing, welcome banget kalau ada yang mau menambahkan.:)

Minggu, 27 September 2015

Jenis Bahan/ Warna Aksesoris Tas.


(Warning! Hanya buat pemula. :))
Jadi ceritanya saat menerima orderan aksesoris dari beberapa pelaku tas handmade newbie, saya sering menawarkan mau yang nikel atau atg? Ini karena mereka tidak mencantumkan maunya yang warna apa. Pertanyaan selanjutnya biasanya adalah nikel atau atg itu yang bagaimana Mbak?

Baiklah.. Jadi, di pasaran, ada beberapa warna/lapisan yang biasa kita kenal. Ada nikel (putih), poles/bakar (coklat keemasan), dan emas (emas muda, emas tua). Nah, nikel sendiri ada dua, lokal dan import. Cirinya yang import lebih ‘cling’ daripada yang lokal. Harga juga jelas lebih mahal. Nikel import juga nggak gampang karatan dibanding dengan nikel lokal.

Di kelas atg (pada beberapa supplier diberi kode agg) ada dua jenis juga. Bakar dan poles. Yang poles ini setara kelasnya dengan nikel import. Dia lebih cling, nggak gampang karatan, dan jelas lebih mahal. Sedangkan yang bakar, pada kondisi lembab dia gampang sekali karatan.

Untuk warna emas, setahuku ada 3 varian. Emas muda, emas tua, dan emas yang agak kemerahan. Sayang, stok yang ada di workshop ayaran cuma yang emas muda. Selain nikel, poles/bakar, dan emas, ada juga black nikel. Tapi dia paling jarang digunakan terutama di ranah tas handmade.

Khusus penggunaan nikel dan poles/bakar, dia masing-masing membawa ‘jiwa’ pada si tas. Nikel kesannya lebih sporty dan casual. Sedangkan poles lebih bersifat klasik  vintage. Jadi, kalau motif bahan kita misalnya vintage, sebaiknya sesuaikan aksesoris (ring, kunci sodok, dll) dengan yang poles/bakar. Tapi kalau motif bahan kita lebih casual, cheerful, pakai saja yang nikel. Biar bisa nyatu semua elemen di tas itu. Demikian, CMIIW. :)



Senin, 03 Agustus 2015

T103 (Bahan Pelapis Tas)

Satu hal yang menjadi pembeda antara tas handmade dan tas grosiran selain kuantitas adalah bahan. Pernah dan sedang bermain di keduanya sungguh menambah pengetahuanku. Salah satunya adalah bahan pelapis atau interlining.

Pada tas grosiran, karena kebanyakan bahan utama menggunakan kulit, baik synthetic leather maupun yg genuine leather, maka interlining untuk outer nyaris tak diperlukan. Ini berbeda dengan tas handmade yang kebanyakan berbahan dasar fabric. Bisa linen, katun, kanvas, burlap, tenun, atau lainnya. Untuk memberi 'bentuk' selain menguatkan si outer (bahan utama) tadi, dipakailah interlining atau bahan pelapis. Salah satunya adalah t103.

T103 adalah sejenis kain keras yg bisa dipakai di industrial sepatu. Dia bisa disebut juga ujung keras. Mungkin karena fungsinya utk membuat kaku sepatu terutama di bagian ujung/depannya.

Sepanjang pengetahuanku ada 2 ketebalan di pasaran; 0,6 dan 0,8. Teksturnya campuran seperti kain dan kertas. Permukaannya sedikit bertekstur dengan serabut-serabut halus bermunculan sepanjang luasan bahan.

Selain ketebalan, jenis kain keras ini ada 2 macam; sedikit lembut dan agak kaku. Mantan tukang sepatuku mengatakan kalau itu membedakan utk sepatu laki-laki dan perempuan. Yang lebih halus tentu untuk sepatu perempuan.

Seperti halnya semua pabrikan bahan pelapis, si kain keras inipun ada berbagai macam lebar. Yang pernah dan sedang dijual di fanpage Ayaran craft adalah KS (kain keras) dengan lebar 140 cm dan 145 cm.

Meski teksturnya mirip kertas, ks ini sangat kuat. Aku sudah membuktikan sendiri, kurendam dari jam 8 malam sampai jam 5 pagi esok harinya dia nggak hancur. Hanya basah. Kuuji tarik pun nggak robek.

Pengaplikasiannya pada sepatu dengan dilem ke bahan utama. Memakai lem bening. Pada tas, selama ini aku hanya menjahitnya. Jadi pola ks sudah ditambah kampuh jahit.

Demikian sedikit tentang t103 alias kain keras alias ujung keras.

Kamis, 02 Juli 2015

Doctor Bag Batik



Tas model ini dikenal sebagai Doctor Bag karena model bukaannya seperti tas dinas dokter. Bukaan itu ada yang langsung tanpa ritsleting, ada pula yang diberi ritsleting. yang membuat bukaan dia berbeda adalah frame/ behel yang dipasang di mulutnya, di bawah ritsleting.
Frame berbentuk setengah segi empat dengan vaariasi sudut 90 derajat atau lonjong ini terbuat dari alumunium khusus (kalau tidak salah). Kebanyakan masih import, makanya harganya masih lumayan mahal. Untuk yang ukuran 30 cm biasa dibandrol oleh online sellers Rp 55.000,-/pc.
Selain framenya yang mahal, model ini juga lebih cocok kalau pakai handle dari kulit. Entah itu yang sintetis ataupun kulit asli. Itu juga saah satu alasan kenapa tas model ini lumayan mahal juga harga jualnya. Tapi, sesuailah dengan modelnya yang sebenarnya sederhana--karena prinsip dasar pembuatannya adalah totebag--tapi tampak elegan.

Nah, doctor bag buatanku ini adalah yang pertama. Seorang sahabat mengirimkan batiknya buat kubikin tas.
"Modelnya terserah deh," katanya.
"Sip," batinku. Bisa buat eksperimen nih. Hehehe...
Maka, setelah berminggu-minggu, kusela mengerjakan pesanannya yang lain dari bahan kanvas dengan model tertentu--yang terpaksa berhenti tengah jalan dan harus kubikin ulang karena kesalahan desain dan penentuan bahan--kubikinlah model ini.

Puas, jelas. Meski tetap harus ada beberapa hal yang perlu perbaikan.
Tas ini memakai frame ukuran 30 dengan handle kulit sintetis. Ukuran jadi 38L x 25H x 11T cm.
Kantung hape dan kantung ritsleting di dalam.

Selasa, 16 Juni 2015

Jenis-jenis Pelapis Tas





Sebagai penjual, kita harusnya memahami product knowledge dari barang yang kita jual. Termasuk di dalamnya cara pakai, alat penunjang untuk pemakaiannya, serta kelebihan dan kekurangannya. Hal ini akan membantu sekali pembeli newbie, yang baru terjun di ranah itu untuk memutuskan membeli barang sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Sebagai pembeli, aku beberapa kali kecewa karena saat membeli sebuah barang, seorang penjual tak hanya bermimik datar, tapi juga tak tahu kegunaan alat itu dan bagaimana cara pakainya. Kalau menemui hal semacam itu, langkah pertama yang bisa kita ambil sebagai pembeli adalah maklumi saja. Karena penjual belum tentu pelaku di industry itu yang tahu cara pakai alat tersebut. Apalagi kalau penjualnya itu SPG baru. Kedua, jangan sampai mati gaya, tanyalah pada Om Gugel—atau “Om-om’ lain yang berbaik hati menyediakan seabrek informasi di era teknologi sekarang ini--atau pakai cara konvensional; baca buku atau  tanya teman-teman yang lebih berpengalaman.

Belajar dari dua posisi di atas, berikut aku sarikan ‘product knowledge’ dari bahan pelapis yang sebagian besar aku jual di fanpage Ayaran Craft. Selain rivet/paku keling dengan berbagai macam variannya, bahan pelapis adalah produk yang menempati FAQ (Frequentlly Asked Questions) tertinggi. Semua karakter masing-masing bahan pelapis (interlining) yang kutulis di bawah ini kusarikan berdasarkan pengalaman. Baik itu aku sendiri yang mengerjakan atau oleh tukang tasku.
Berikut bahan pelapis yang masih dan pernah kugunakan.
1      1.  Busa Lapis
2.    2.   Busa Ati
3.    3.   Busa polyfoam
4.   4.     Busa Teri
5.    5.   Dakron press
6.   6.     Dakron/silikon lembaran
7.  7.      Kain keras (t103)
8.  8.      Stapleks (M33)
9.   9.     Vislin
1  10.  Pelon
       11. Laken
1  12.   Flannel
1   13.   Karton
1  14.   Kulit sintetis/spon

1.       Busa Lapis
Busa lapis menempati urutan pertama karena dia yang lebih mudah kita temui di sekitar. Teksturnya busa dengan serat rapat di satu sisi dan sisi lainnya ada semacam ‘lapisan/kain’. 
·         Cara menjahitnya sisi yang tidak ada lapisannya bertemu dengan sisi buruk kain. Lapisan ini berfungsi juga sebagai lining, sehingga tak perlu diberi lining (lapisan dalam) lagi pun tak apa-apa. Bisa dijahit di pinggir sehingga saat memotong pola termasuk kampuh (jarak antara tepi bahan dan benang jahitan). Untuk yang luasan lebih luas, sebaiknya dijahit tindas (quilt)
·         Penggunaannya bisa kita temukan di sarung bantal, tutup kulkas, tutup galon, atau pouch. Ada berbagai macam ketebalan yang sesuai dengan produk yang kita hasilkan. Misal untuk tutup kulkas, bisa dengan ketebalan 4 mm.  Untuk pouch atau tas bisa dengan ketebalan 5 mm atau di atasnya. Terserah.
·         Kekurangannya, untuk pemakaian lama dan dicuci berkali-kali, dia bisa menjadi kempes.
·         Kisaran harga 10 ribu ke atas per meter sesuai ketebalan dan tokonya. Lebar 1,5 m.

2.       Busa Ati
Teksturnya sama dengan sandal, kenyal dan padat. Ada berbagai macam ketebalan. Ada yang berwarna hitam dan dijual dalam bentuk potongan dengan ukuran tertentu, ada warna putih dan dijual gulungan/ meteran. Hanya, untuk yang berwarna hitam biasanya ketebalannya tidak merata. Ada sebagian yang lebih tipis dan sebagian yang lebih tebal. Sedangkan yang putih, ketebalannya lebih merata.
Busa ati dengan anti slip di satu sisinya biasanya digunakan sebagai bahan pembuat slipper seperti yang biasa kita temui di sandal hotel.
·         Cara menjahitnya, untuk yang tipis bisa dijahit termasuk kampuh. Untuk yang tebal, dijahit di dalam kampuh. Sebaiknya dilem dulu dengan lem bening (aibon dsb) baru dijahit. Menjahitnya bisa dengan roller foot atau jika dengan sepatu biasa, lapisi atas/bawah busa ati dengan kertas koran agar tidak seret. JIka tak ingin mengelem, bisa langsung dijahit system sandwich (outer, interlining, lining) tapi kampuh lalu ditutup dengan bisban. Semua tergantung penempatan.
·         Penggunaan bisa untuk bagian badan tas, alas tas, flap (tutup), atau handle. Pada backpack serut Sak Telu, Ayaran menggunakan busa ati 2 mm untuk alasnya. Busa ati 2 mm juga digunakan sebagai interlining di handle backpack Ranu. Sedangkan busa ati 1 mm digunakan di flap tas Layang.
·         Kisaran harga 10 ribu ke atas per meter tergantung ketebalan dan tokonya. Lebar 1,4 m

3.       Busa polyfoam
Kita biasa mendapati busa jenis ini untuk peredam gesekan di furniture kayu yang kita beli yang bisa di-breakdown. Permukaan mengkilat dan licin, membentuk semacam gelombang-gelombang tak kentara seperti di permukaan asbes. Ada beberapa ketebalan. Busa polyfoam lebih kenyal daripada busa ati dan dia patah jika dijahit.
·         Cara menjahitnya dengan system sandwich, tapi dia tidak termasuk kampuh. Jadi sisa kampuh outer dan lining harus ditutup dengan bisban. Atau jika tak memakai bisban, dia diselipkan ke dalam setelah outer dan lining dijahit dan dibalik ke sisi baiknya.
·         Biasa dipakai sebagai interlining handle tas ransel.
·         Kisaran harga 10 ribu ke atas tergantung ketebalan dan tokonya.

4.       Busa Teri
Teksturnya mirip busa lapis, tapi lebih awet dari sifat kempes setelah pemakaian lama. Ada semacam lapisan kain di satu sisinya, sehingga bisa langsung berfungsi sebagai lining. Jika busa lapis berwarna krem putih, busa teri berwarna hitam.
·         Cara menjahitnya, seperti busa lapis.
·         Penggunaan biasanya untuk lapisan di tas ransel sebagai bantalan bagian punggung , atau kantung laptop. Juga sebagai lapisan tas laptop tanpa harus memakai lining lagi.
·         Kisaran harga 10 ribu ke atas tergantung ketebalan dan tokonya.

5.       Dakron press
Dakron yang dipres, dengan berbagai macam ketebalan dan tekstur. Ada yang halus, ada yang kaku. Dakron pres yang halus dengan ketebalan tipis sekitar 3 mm teksturnya mirip laken dan flannel. Dengan sifat lebih melar daripada keduanya. Warnanya putih.
·         Cara menjahitnya bisa dengan system sandwich. Untuk membuat pouch, dia tak perlu dijahit tindas. Tapi untuk lining tas sebaiknya dijahit tindas agar lebih menyatu dengan lining dan outer.
·         Sebagai interlining tas, dia memberi efek bervolume, tapi lemas, tidak ‘membentuk’. Cocok untuk model simple sling bag. Atau backpack anak-anak yang ingin kelihatan ‘berisi’ tapi cukup ringan dan tipis.
·         Harga kisaran 25 ribu ke atas per meter tergantung ketebalan, import atau lokal, dan tokonya.
To be continuedJ

Rabu, 03 Juni 2015

Trik Sederhana Seharga Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu



Salah satu hikmah silaturahmi adalah memperpanjang rejeki. Silaturahmi yang kumaksudkan di sini bukan dalam konteks agama yang makna sebenarnya menyambung tali persaudaraan antar saudara sekandung (satu rahim) yang terputus melainkan lebih ke pertemanan secara umum.

Salah satu ‘satu rahimku’ adalah komunitas Crafter Depok yang awal berdirinya berasal dari dua ‘kubu’ komunitas Crafter yang punya cukup taring waktu itu (sekitar 2010-an); Indonesian Crafter dan Ibu-ibu Hobi Craft. Persamaan visi dan misi menjadikan kami erat bergandengan hingga kini. Tak peduli media apa yang menjadi ruahan ekspresi seni kami.

Geliat medsos yang makin genit membuat pelaku craft semakin meroyak. Termasuk pelaku-pelaku bisnis handycraft/handmade yang melirik komunitas-komunitas craft sebagai sumber mencari produk-produk bagus berkualitas dan jelas unik. Pun, menjadikan pelaku handmade newbie sebagai pangsa pasar yang prospektif untuk digarap. Ketertarikan crafter kawakan maupun ‘crafter bisnisman’ menjadikan event-event workshop (kursus singkat) mekar bersemi bagai bunga matahari di jam sembilan pagi. Mekar, indah, menarik untuk diikuti. Ayaran Craft, termasuk salah satu pelaku jasa workshop sekitar setahun ini. Meski idenya sendiri sudah berbenih sejak 2008.

Beberapa teman, ada yang mengaku lebih mudah menerima ilmu dengan mengikuti berbagai workshop. Meski skill dia sebenarnya sudah cukup untuk mendedah pola dan mengeksekusi bahkan membuka workshop sendiri. Nah, dari hikmah silaturahmi inilah muncul ide utama tulisan ini, berbagai macam workshop yang pernah dia ikuti.
Jenis yang pertama, murni bisnis. Jika mengikuti workshop jenis ini, yang langsung jelas kelihatan adalah harganya yang mahal. Meski, soal harga workshop sendiri pasti tiap penyelenggara sudah mempunyai hitungannya. InshaAllah nanti saya tulis topik khusus tentang ini. Sebelumnya, mari kita sepakati bersama bahwa harga mahal dan murah itu memang relative, tapi ada standar khusus yang bisa kita jadikan titik ukur di sini. Misal jenis bahan. Linen import dan kanvas tentu beda, sebagaimana katun jepang tentu berbeda harga dengan katun lokal.

Sebenarnya kalau dibilang murni bisnis tidak tepat juga sih, karena jiwa bisnis sebenarnya bukan hanya short terms, mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya sesaat, tapi juga long terms; Good relationship dengan pelanggan.

Contoh kasus workshop jenis ini adalah seperti cerita teman, WS membuat pouch dengan harga  dua ratus dua puluh lima ribu, dengan model sederhana, dan ternyata tidak pakai bahan pelapis. Si teman--sebut saja D--yang memang iseng ingin tahu karakter pemberi WS tentu kecewa.  Meski niatnya hanya ingin merasakan WS sama si A, tapi sebagai crafter lawas yang sudah pintar dan tahu berbagai macam bahan dia merasa lebih kecewa. Terlalu hitung-hitungannya si pemberi WS selain dinilai dari teknisnya (bahan dll) juga dirasakan dari jam WS yang dimulai jam 13.00 (sehingga tak perlu menyediakan makan siang),  snack disediakan di piring pas dua biji untuk tiap orang, dan air minum yang dibatasi.

Jenis kedua, bisnis dan kekeluargaan. Ini tengah-tengah. Ayaran Craft memposisikan diri di sini. Ada hitung-hitungan harga dan keuntungan yang harus didapat, tapi juga tak terlalu strict atau pelit soal memberi ilmu dan konsumsi. Bahkan pada beberapa kasus, Ayaran Craft membebaskan semua biaya, termasuk bahan, sharing ilmu, dan konsumsi.

Terlalu strict soal ilmu misalnya, setelah WS model satu, si pelanggan tak boleh konsultasi model yang lain. Di Ayaran Craft seorang pelanggan yang pernah WS satu model tas, saat dia datang ke bengkel untuk membeli bahan,--ya, Ayaran juga menyediakan aksesoris dan bahan ws terutama tas handmade—dia bebas konsul soal model tas lainnya. Hanya, memang untuk membagi tutorial dan tricks n tips di akun medsos  Emak Ayaran masih belum bisa bebas terkendala urusan domestik lainnya.

Salah satu contoh lagi pemberi WS jenis ini lokasinya di Cibubur. Emak Ayaran pernah menimba ilmu di sana dengan seorang sensei ‘import’ dari Jepang (J) dan beberapa kali membeli barang di toko onlinenya. Harga WS yang dipatoknya memang relative mahal. Tapi, kata orang Jawa, ono rego ono rupo, ada harga ada kualitas. Salah satunya adalah karena bahannya yang import punya. Secara bisnis, itung-itungannya dapat. Kalau tidak salah tahun ini si MC ini (nggak usah sebut nama pasti udah pada tahu dong… hehe) ulang tahun ke lima. Kekeluargaannya pun dapat karena si Mbak pemilik n partner orangnya baik.

Jenis ketiga, lebih banyak porsi sosialnya. Nah, kata teman pemberi WS juga, jenis ketiga ini merusak harga pasaran WS. Beliau bertandang ke bengkel Ayaran Craft untuk membeli bahan pelapis tas. Ngobrol-ngobrol sampai ke hot issue seorang pelaku handmade sekaligus pemberi WS yang melakukan pembohongan publik dengan foto-foto orang lain yang diakuinya, pembicaraan merembet sampai ke harga WS. “Protes aja sekalian ke si Mbak B karena terlalu murah memberi harga, merusak pasaran,” katanya.

Emak Ayaran yang berada di posisi tengah hanya tersenyum dan ngadem-ngademi, “Tenang, semua memiliki pangsa pasar tersendiri. Rejeki nggak bakal tertukar. Ada orang yang nyaman dengan harga mahal, ada pula yang memang harus mengetatkan ikat pinggang dengan niat belajar yang sangat besar. Maklumi saja.”

Jenis ini, dia (atau beliau) hanya mengambil keuntungan sedikit dari ilmu yang dibagaikan. Tapi, hukum memproduksi/menjual suatu produk; jika kamu tidak bisa menjual dengan harga mahal dengan jumlah sedikit (karena segmennya lebih mengerucut), jual lah produk murah dengan kuantiti banyak. Pada akhirnya keuntungan bisa jadi setara.

Lalu apa hubungannya jenis-jenis pelaku WS dengan judul di atas?
Jadi begini, hari ini ceritanya Emak Ayaran nambah ilmu, ikut WS. Meski Emak Ayaran sudah pernah mengamati proses produksi rumahan sebuah produk handmade—yang kebetulan 11-12 dengan per-tas-an--, tapi terjun langsung ke dalamnya adalah dua hal berbeda. Harga WS itu tiga ratus tujuh puluh lima ribu. Karena tahu harga-harga bahan, Emak Ayaran bisa mengambil kesimpulan si pemberi WS mengambil keuntungan lumayan.

Soal harga, okelah. Itu terserah pribadi-pribadi mau menentukan margin keuntungan dia berapa. Hal yang membuat kurang nyaman adalah tak adanya ruang untuk sholat. Padahal, sebagai peserta tercepat dan paling rapi (menurut pengakuan si instruktur) Emak Ayaran baru kelar jam dua siang lewat. Artinya, waktu sholat duhur sudah nyaris habis. Ketiadaan tempat sholat dimaklumi karena penyelenggaranya seorang non muslim. Ketidaknyamanan kedua, snack yang dijatah. Beda banget sama WS di tempat Mbak jenis ketiga yang berlimpah snacknya. Emak Ayaran yang kebetulan karena mengejar waktu tak sempat membawa atau membeli minuman, terpaksa harus menahan dahaga teramat sangat dari jam 9.00 (masuk rumah) sampai jam 14.10 (keluar rumah) karena hanya tersedia satu gelas air mineral selain 3 buah snack, di dalam snack box. Sebenarnya mungkin kalau minta bisa, tapi si Emak Ayaran terlalu malu untuk minta tambah minum air mineral gelasannya. Hehe…

Tapi, itulah.. selalu ada hal lebih yang bisa kita dapatkan dari sebuah kejadian yang mengandung nilai kurang. Misalnya tips sederhana dalam penyimpanan dan pengaplikasian lem. Tips n trik ini yang hanya bisa didapatkan saat kita ikut workshop. Ini juga yang sering Emak Ayaran bagikan saat peserta WS kurang tepat dalam proses pembuatan sebuah tas. Tips n trik yang bisa jadi berbeda untuk tiap individu tergantung tingkat keahliannya.

So… Mari kita tetap berkarya. Tetap memberi WS dan ikut WS untuk tahu sebuah tips sederhana meski itu seharga tiga ratus tujuh puluh lima ribu.

Tanah Baru, 2 Juni 2015 23.48

Selamat buat teman-teman ‘satu rahim’ Crafter Depok dan Asosiasi Industri Kreatif Depok yang tengah berjuang membuktikan eksistensi diri di Festival Industri Kreatif Depok, Balai Kota Depok, jalan Margonda Raya, 3-7 Juni 2015.

Selamat berjuang untuk teman-teman Crafter Depok di PRJ Kemayoran minggu berikutnya. Tetap cemungud! Eeeyyaaaa!!! :D

Sabtu, 23 Mei 2015

Behind the Scene Tas Shanti

Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin membuat tas model ini. Tapi seperti tas Sejuta Umat yang juga bergaya feminim, aku yang lebih suka gaya sporty harus nunggu mood dulu. Sayangnya, eh serunya, customer kadang berhasil 'memaksa' kita menembus dinding mood itu. Kalau diibaratkan mungkin seperti editor buku yang ngejar2 naskah segera diselesaikan tak peduli si mood lagi ngumpet entah kemana--edisi curcol penulis. Hehehe..

Maka, pada suatu malam yang penuh berkah (semoga), aku meminang kit tas yang lebih dikenal sebagai Wings bag ini dari salah seorang senior di dunia per-tas-an handmade. Dan ketika jadi, kuberilah nama wings bag ini tas Shanti sesuai nama si Mbak.

Model tas ini dengan beberapa derivasinya sebenarnya sudah kupunya buku nya untuk dicontek.Juga ada tas milik kakak ku yang kuculik saat pulang Pati. Rencananya kubongkar lalu ku bikin pola dengan beberapa perubahan sesuai selera. Tapi akhirnya si kit yang berhasil kueksekusi.

Jadi, ada beberapa jalan untuk membuat tas.
1. Mendesain dan pecah pola sendiri. Cara ini yang kurasa paling pas n membuatku puas. Sampai saat ini tas2 Ayaran 80% hasil rekaan sendiri.
2. Nyontek model n pola dari buku.
3. Memutilasi tas jadi utk kemudian dicontoh sesuai potongannya.
4. Beli kit yang sudah lengkap bahan dan aksesoris serta tutorialnya.

Kembali ke tas Shanti, tanpa melihat tutorial aku langsung menjahitnya, setelah malam sebelumnya kuolesi coating anti air anti kotor. Hasilnya, ada beberapa perbedaan yg terjadi begitu saja, misal lipitan di bagian body depan yang mengarah ke luar, pemakaian kunci sodok, handle kulit sintetis --yang ini memang sudah diniati dari awal--dan proses penyambungan body dalam dengan gusset dengan sistem balik. Bukan pakai bisban.

Hasilnya, puasss.... Meski harus lebih dicoba lagi pemakaian coatingnya supaya benar2 mengamankan si tas dari kotoran.

Meski begitu, ada beberapa insiden juga saat pembuatan tas ini. Aku yg lebih suka aksesoris bakar/poles awalnya memaksakan seleraku itu. Tapi ternyata si bahan nggak 'kawin' sama si magnet snap dan kunci sodoknya. Terpaksa kudedel lah. Untungnya hasil dedelan nggak terlihat kentara di jahitan.

Dan, tas Shanti dengan pola original ternyata juga nggak imbang dengan peletakan handle panjang. Maka kuoperasilah si pegangan handle. Dan tanpa ribet menjahit, kumanfaatkan jamur centang untuk merekatkan pegangan handle dan body kanvasnya. Hasilnya selain fungsional juga menambah nilai estetika.

Yang sekarang sedang proses adalah pemotongan bahan untuk kits dan workshop rutin di bengkel Ayaran. Mau coba bikin tas Shanti? Colek2 saja ya.. :)

   2015.05.23 - 11:13

Minggu, 17 Mei 2015

Kopdar Kedua Crafter Jaksel

Berawal dari obrolan di group whatsapp, kopdar kedua crafter Jaksel akhirnya berhasil dilaksanakan. Agenda utamanya bedah buku craft terutama bag making sekaligus sharing tentang FAQ (Frequently Ask Questions) dalam bag making. Agenda kedua WS bikin dompet genthong. Tapi ternyata yang kedua urung dilaksanakan karena sampai asar berkumandangpun sharing tentang tips n trik dalam pembuatan tas handmade rasanya belum tuntas.

Bukan sekedar teori dan menunjukkan bagaimana, tapi kopdar ini juga diwarnai praktek langsung. Itulah mengapa workshop Ayaran sengaja dipilih sebagai tempat kopdar. Jadi saat crafter ada yang bertanya bagaimana memasang rivet dan eyelet dengan handpress, bisa langsung dipraktekkan. Juga saat ada crafter yang tanya, kenapa hasil pemasangan rivetnya (paku centang) dan eyeletnya (mata sapi) jelek, emak Ayaran bisa langsung membandingkan matras miliknya dengan milik si penanya. Sehingga ketahuan dimana salahnya. Juga langsung dipraktekkan cara memasang rivet/eyelet yang benar.

Tak ketinggalan emak Ayaran dan jeng Vita kreatif membandingkan dua produk coating waterproof (beli dia dua olshop berbeda) pada dompet dan tas yang telah dicoating.

Nggak sekedar sharing tentang bag making terutama teknik dan peralatan-peralatan serta bahan, kopdar juga diselipi sharing dari mbak Dewi tentang teknik menjahit baju terutama lengan dan mukena saat break makan siang dan pagi saat baru beberapa orang yang datang.

Sebagai alumnus dari sebuah lembaga kursus menjahit busana terkenal, ilmu si mbak berguna sekali bagi crafter yang juga tertarik pada seni menjahit lain di luar tas. Dan pengetahuan mbak Fonza si fabric trader tentang berbagai macam bahan serta kecerdasannya melihat peluang-peluang bisnis di dunia tas handmade cukup memberikan pencerahan.

Meski yang datang kopdar kali ini tak sebanyak kopdar pertama, salah satunya terkendala long weekend dimana banyak member keluar kota, so far, semua puas dengan silaturahmi yang terjaga dan sharing ilmu serta pengalaman emak Ayaran dan member lainnya.

Kopdar selanjutnya diagendakan setelah hari Raya, sekalian halal bihalal dan akan diadakan WS bikin sesuatu. Tempat inshaaAllah di workshop Ayaran dan potluck dengan membawa-bagi makanan lagi. Dan pasti nya, akan tetap ada sharing pengetahuan dan pengalaman.

Catatan akhir:
Sebagai nyonya rumah, emak Ayaran berterima kasih sekali pada semua teman yang ikut membantu mencuci piring sendiri setelah makan (hihihi) dan merapikan workshop setelah 'dijarah' barang2nya. Terutama ke mbak Ana yang geulis.

Mari kita 'gandeng tangan', biar slow but sure. ^*^

Tanah Baru, 17/05/'15 20:58

   2015.05.17 - 19:44

Kamis, 07 Mei 2015

Tas untuk Anak Lelakiku



Juli besok, lelaki kecilku itu akan masuk TK, seperti kakaknya, akupun ingin membuat kan sendiri tas untuk nya. Apalagi dia juga sering menanyakan tas backpack pertama untuknya yang kini entah dimana.
Menemukan linen import motif mobil2an yang cocok dengannya, mulailah bahan kueksekusi siang kemarin. Kepotong masak, jemput sekolah, nyuapin, chitchat di 'rumah maya' dengan komunitas yang oke punya, dan tugas2 domestik lainnya, lewat jam 12 tengah malam barulah si Tas kelar.
Sementara proses itu berlangsung, si Lelaki kecilku selalu mengawal, dengan tak sabar menanyakan berapa jam lagi jadi. Seperempat jam sebelum semua proses selesai, si pemilik tas keburu kecapekan dan memilih menyusul papa dan kakaknya ke kamar.

Pagi ini, kakaknya menanyakan lalu dengan suka cita membawakan si Tas ke adiknya yang baru bangun. Bersemangat, dipakailah si tas itu kemana-mana. Saat kakaknya pamit berangkat sekolah, si adik pamit bersepeda keliling kompleks dengan tas barunya.
Alhamdulillah. Terbukti, membahagiakan anak itu tak perlu dengan barang mahal dan bermerk.
Sabtu ini, ws Ayaran selain simple sling bag juga bikin tas backpack ini. Tas ransel dengan dua saku samping dan satu saku depan yang kunci sodoknya bikin dia senang. Kunamai tas ini tas Ranu saja. smile emoticon
Pengin bisa bikin tas ini juga? Inbox saja ya. Rabu n Sabtu ruang jahit Ayaran terbuka bagi yang mau kursus semi Privat. smile emoticon

Rabu, 15 April 2015

Serba-serbi Bazar dan Pameran


Alhamdulillah, tgl 9-12 April 2015 mimpi emak Ayaran untuk membawa Ayaran ke JCC Senayan dalam pameran handycraft terbesar menjadi kenyataan. Ya, Ayaran Craft akhirnya bisa menjadi salah satu peserta Inacraft 2015. Bagi orang yang bergelut di bidang handycraft, entah itu sebagai produsen atau sekedar penikmat, event tahunan yang biasanya jatuh di akhir bulan April dan berlangsung selama 5 hari ini merupakan moment yang sayang sekali untuk dilewatkan. Karena begitu banyak produk handycraft unik dan kreatif yang bisa dibeli atau sekedar menjadi inspirasi. 

Bagi Ayaran Craft sendiri, menjadi salah satu peserta Inacraft dari sekitar 1450 peserta dari seluruh Indonesia dan beberapa perwakilan negara sahabat dengan 1306 stand merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan dari sekian bazaar dan pameran yang pernah Ayaran ikuti, baik yang gratisan seperti Crafina 2014 di bawah dinas Kota Depok, maupun yang berbayar di mall, sekolah, dan sebagainya. Baik yang sendiri maupun sharing stand dengan partner bazaar.

Di bawah ini akan emak Ayaran beberkan beberapa hal yang wajib dipersiapkan baik fisik maupun mental, juga modal. Serba-serbi ini lebih ditujukan untuk pebazar pemula dan yang bergerak di bidang craft seperti yang digeluti Ayaran selama ini.

Point pertama, siapkan mental dan tujuan. Kenapa ini menduduki point pertama? Karena jika kita sudah salah meletakkan tujuan dalam melakukan sesuatu, niscaya kita akan kecewa jika harapan tak sesuai kenyataan. Memang pada akhirnya tujuan sebuah usaha adalah profit. Tapi jika profit itu dijadikan tujuan utama kita mengikuti sebuah event, bisa jadi akan kecewa. Karena sebuah event selain bertujuan jangka pendek (profit) juga bertujuan jangka panjang berupa pengenalan produk/brand kita ke calon customer, mencari tahu kelemahan dan kekuatan produk kita dengan interaksi langsung dengan calon customer, serta mencari tahu apa yang sebenarnya mereka cari dan maui dari jenis produk yang kita produksi. Jadi, jika dalam sebuah bazaar/pameran omset yang kita dapat tak sesuai harapan ya anggap saja sebagai sarana promosi selain sebagai pemicu kita untuk mengevaluasi apa ada yang salah dengan penataan stand, harga, produk, moment, dan sebagainya.

Point kedua yang perlu diperhatikan adalah segment pasar. Sebagai pemain baru, kita kadang cenderung terlalu excited mengikuti banyak bazaar dan pameran tanpa memperhatikan apakah produk kita sesuai dengan segment market yang ditawarkan oleh EO pameran/bazaar. Misal, jika produk kita harganya untuk menengah ke atas, jangan coba-coba ikut bazaar untuk kelas menengah ke bawah meskipun gratisan karena biaya operasional pun perlu dipertimbangkan. Begitupun sebaliknya.

Atau, jika produk kita craft, sebaiknya jangan masuk ke bazaar untuk fashion karena akan lebih susah untuk menjualnya. Juga, perhatikan jika kita bazaar di komunitas tertentu dengan karakter khusus. Misal di komunitas expatriat dari India, akan susah sekali untuk menjual produk craft berupa ukiran kayu atau patchwork dibanding perhiasan-perhiasan atau kain sari. Meski, pengunjung bisa jadi bukan hanya orang India.

Point ketiga, harga sewa stand. Posisi menentukan prestasi. Jer basuki mawa bea. Jika dalam ilmu marketing ada 4P; Price, Product, Promotion and Place,  di bazaar/pameran ada 4P; Position, Position, Position, and Position. Pameran/bazaar di mall dengan di gedung semacam JCC, tentu berbeda harganya. Lebih menukik lagi, posisi di area lalu lalang orang akan memudahkan stand kita ditemukan. Sedangkan posisi di hoek akan menguntungkan kita karena ada 2 muka yang bisa kita manfaatkan untuk memajang produk dibanding jika tidak di hoek. Nah, untuk beberapa pameran/bazaar, selain berdasarkan tempat diselenggarakannya event dan luas, harga sewa stand bisa juga ditentukan oleh si posisi tadi. Itulah yang disebut jer basuki mawa bea. Setiap usaha untuk perbaikan dan kebaikan membutuhkan biaya. Biaya sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan usaha kita agar tak besar pasak dari pada tiang. Biasanya EO juga akan memberikan diskon dengan besaran tertentu sesuai dengan periode pembayaran.

Jika kita sudah melewati point pertama sampai ketiga, sebelum kita mengiyakan tawaran EO, point ke empat adalah cari tahu dulu tentang prospek omset kepada teman yang sudah pernah mengikuti event itu sebelumnya. Meski rejeki sudah ada yang mengatur, setidaknya dengan mendapat masukan dari pengalaman teman-teman, akan membantu sekali kita untuk memutuskan mengambil tawaran EO itu atau menolaknya.

Point ke lima, cari sedetail mungkin fasilitas/ informasi dari EO. Misal berapa meja dan kursi yang disediakan, jika mau tambah alat display, apa saja jenis dan harganya, atau jika membawa sendiri bagaimana. Kapan loading dan unloading, ID Card, listrik, dsb. Biasanya semua tercantum dalam surat perjanjian keikutsertaan. Tapi ada baiknya kita mengetahui sebelum setuju dan membayar untuk ikut event.

Point ke enam, yang paling penting nih, adalah… sharing stand. Karena alasan tertentu,--biasanya karena permodalan--kita menjadi peserta sebuah event berbagi dengan teman. Bisa satu, atau beberapa partner. Yang perlu diperhatikan jika sharing stand ini adalah:
a.       Pilihlah partner stand yang bisa kita ajak kerjasama. Karena seorang teman yang egois akan menyulitkan kerjasama kelompok.

b.      Persiapkan detail teknis di lapangan. Jangan berasumsi apapun. Maksudnya, kadang karena sudah dekat dengan teman satu komunitas dan merasa cocok dengannya, kita mengabaikan fakta sudah seberapa banyak jam terbangnya dalam mengikuti pameran/bazar. Kita berasumsi bahwa akan bisa go along dengan enaknya di lokasi sebagaimana di pertemanan. Padahal saat kita menata stand dengan segala macam persiapan, ranah yang kita mainkan adalah bisnis, how to  deal with customer, pihak ketiga.
Jadi, persiapan teknis sedetail mungkin dibicarakan sejak awal. Misal alat display, penataan stand, serta barang yang boleh dan tidak boleh dijual. Jangan berasumsi partner stand kita sudah tahu. Juga giliran jaga stand dan SPG jika diperlukan.

c.       Masih berhubungan dengan point kedua; produk. Bazaar/pameran biasanya mensyaratkan apa yang boleh dan tidak boleh dijual. Dengan kata lain, saat kita mendaftarkan diri untuk mengikuti sebuah pameran kita biasanya diwajibkan mengisi jenis produk yang kita jual. Misal, tas dan baju termasuk ke fashion, craft bisa dipecah untuk gift, toys, households, dsb. Hal tersebut seharusnya benar-benar kita pegang. Jadi jika sejak awal kita setuju untuk hanya menjual tas, pouch, selimut, sebaiknya jangan masukkan kaos, baju, atau sepatu.
Semakin sedikit jenis produk yang kita display, niscaya akan memudahkan pengunjung untuk memilih. Sebaliknya, semakin banyak jenis produk yang kita tawarkan, justru akan membuat pandangan mata pengunjung tidak fokus. Semakin sedikitnya jenis produk apalagi jika masih sama segmentnya, juga akan mempermudah kita dalam penataan stand. Selain langsung menukik ke segment market yang disasar.

d.      Konsisten dengan partner sharing stand. Maksudnya, atas nama pertemanan, bisa jadi kita menerima titipan produk teman lain untuk didisplay. Lalu si teman juga menitipkan kartu nama dan brosurnya. Apakah itu salah? Tidak. Jika dengan alasan ‘toh yang dimanfaatkan adalah area saya sendiri’—misal kita memilih mendisplay barang berdasarkan brand. Tapi jelas tidak etis mengingat yang membayar bukan hanya kita tapi juga teman lain. Jadi seharusnya kesempatan dibeli produk dan promosi ke pengunjung hanya yang membayar saja. Bukan teman dari salah seorang yang membayar. Kecuali semua partisipan ikhlas teman lain yang tak ikut membayar sewa stand menitipkan barang dan alat promosinya.

e.      Area privat. Bazaar apalagi pameran besar kadang menjadi arena kopdar dengan teman sekomunitas atau teman lama yang tak pernah atau lama tak bertemu. Tak sadar, kita saat melepas rindu itu mengambil tempat area privat dimana dekat dengan uang hasil penjualan bersama diletakkan—jika tidak dimasukkan ke tas dan dibawa-bawa/dipercayakan pada satu orang. Kita mungkin tak memiliki prasangka apa-apa. Tapi bisa jadi sharing partner kita yang kebetulan tak berteman juga dengan teman kita tadi keberatan. Maka, opsinya, curcol hahahihi lah di luar area privat tadi. Atau, ijinlah pada sharing partner untuk ke kantin atau tempat mojok lain agar bisa bebas melepas kangen dengan teman sembari duduk nyaman.

Alat display dan Penataan Barang

Pameran besar berbeda dengan bazaar kecil-kecilan. Untuk pameran, yang dikedepankan adalah sebagai alat promosi dan eksistensi sebuah brand. Itulah mengapa penataan brand dibuat se’clean and clear’ mungkin. Tidak semrawut seperti pasar pagi. Beberapa point yang bisa diperhatikan untuk mencapai tujuan ini adalah:
1.       Alat display sebaiknya yang bisa memaksimalkan ruang sekaligus mendukung penampilan ‘clean and clear’. Rak sederhana susun 4 atau 5 vertikal dari kayu atau besi bisa menjadi pilihan daripada rak dengan detail dan bentuk serta bahan yang lebih rumit. Kecuali rak tersebut sesuai dengan alat display tambahan atau produknya.

2.       Alat display sesuaikan dengan produk. Misal yang mau dijual mukena, siapkan manekin untuk displaynya dibanding hanya dijembreng di meja atau di dinding partisi. Atau jika yang dijual selimut, siapkan gawangan. Agar orang bisa memilih dengan mudah sekaligus memperlihatkan detail hiasan selimut yang kita jual. Begitu juga jika kita menjual aksesoris semisal gantungan kunci atau bros, sesuaikan alat displaynya. Bisa dengan rak besi vertical, gantungan susun yang bisa diletakkan di meja dan diputar, atau alat display lainnya.

3.       Penataan bisa berdasarkan brand, atau jenis produk. Itu terserah kita. Tapi sebaiknya untuk lebih memudahkan customer memilih barang, sebaiknya berdasarkan jenisnya. Karena untuk brand-brand kecil yang belum dikenal apalagi memiliki customer fanatic, orang hanya akan melihat tampilan (kualitas) dan harga. Bukan brandnya.

4.       Secara teknis, penempatan alat display juga harus memperhatikan tinggi rendahnya alat. Jangan sampai gawangan baju diletakkan agak ke depan dan menghalangi pandangan pengunjung ke rak atau meja yang lebih rendah. Kecuali penempatan itu dimaksudkan sebagai pembatas atau untuk menyamarkan area privat.

5.       Simpan tas, box, atau apapun yang tidak merupakan produk yang dijual dari pandangan pengunjung. Untuk pameran besar seperti Inacraft biasanya disediakan gudang yang bisa dimanfaatkan untuk menyimpan stok atau penyimpanan lainnya. Meski tentu saja dengan space yang disesuaikan dengan banyaknya peserta pameran.

Lain-lain:
1.       EDC. Pastikan kita tahu charge yang dipungut bank jika customer memilih menggesek dengan EDC dibanding bayar cash. Biasanya untuk kartu debet/kredit dengan bank yang sama tidak ada charge apapun. Bahkan bisa jadi ada promo diskon yang akan diberikan ke si pemilik kartu/customer. Tapi jika lain bank, bisa jadi kena charge yang langsung dipotong dari harga. Jadi saat bank penyedia EDC membayar ke si penjual, akan ada potongan sesuai perjanjian. Pastikan juga berapa lama uang bisa dicairkan. Satu hari kerja, atau jika antar bank harus melalui kliring berapa lama.

2.       Jika bazaar di mall, biasanya mall memungut sekian persen—biasanya sampai 30%--dari harga. Masukkan besaran komisi untuk mall tadi ke komponen harga yang biasa kita berikan agar tidak mengurangi margin keuntungan. Juga, pastikan berapa lama mall akan memberikan hasil penjualan setelah dikurangi komisi untuk mall kepada kita.

3.       Siapkan uang recehan untuk kembalian.

4.       Tas. Sepertinya remeh, tapi bisa mempengaruhi persepsi pembeli terhadap brand kita. Untuk pameran sekelas Inacraft tentu tidak cocok jika kita hanya menyediakan tas plastic kresek. Paperbag yang cantik dengan nama brand kita serta kontak yang tertera selain memberikan persepsi lebih juga bisa sebagai ajang promosi ke pengunjung lainnya.
Sediakan juga tas tersebut sesuai dengan ukuran produk kita. Jika produk kita berukuran besar, sedang, dan kecil, maka tasnya pun harus ada ukuran sedang, besar, dan kecil.

5.       SPG. Penjual adalah ujung tombak untuk mencapai omset sesuai yang diharapkan. SPG yang tahu apalagi pengalaman bagaimana harus merayu calon pembeli dengan elegan serta menguasai product knowledge jauh lebih berharga daripada SPG yang hanya bisa menawarkan untuk mampir tapi saat pengunjung sudah memilih-milih barang dia malah pegang ponsel, alih-alih memberikan pencerahan tentang produk tersebut.

6.       Pastikan SPG atau teman yang jaga stand tahu berapa limit diskon yang bisa kita berikan untuk setiap produk, atau harga bundling untuk 2 produk, misal boneka dengan alat displaynya atau tas dengan pouch.

7.       Bawa pernak-pernik untuk bazaar:
a.       Kartu nama dan brosuràini wajib karena kita tentu tak hanya ingin menjual barang tapi juga dikenal dan diingat pengunjung
b.      Banner. Bisa standing banner atau X-banner, masing-masing ada kelebihan dan kekurangan. Boleh dipasang selagi tak mengurangi space untuk dagangan atau mengganggu mobilitas pengunjung.
c.       Stiker label atau post itàkadang kita lupa memberi harga atau butuh menempelkan informasi ke produk tertentu, bawalah dua alat bantu ini.
d.      Besi Sàsebagai cantolan ke partisi atau tempat lain untuk mencantolkan produk kita.
e.      Klipàuntuk menjepit taplak atau produk sebelum dicantolkan ke besi S.
f.        Benang, rantai plastic, rantai besi kecil, atau tali raffia
g.       Taplak atau kain penutup meja atau dinding partisi
h.      Kain panjang atau terpal untuk menutup stand
i.         Lakban
j.        Nota
k.       Gunting atau cutter
l.         Price labeler, dsb.

Demikian sedikit seluk beluk serba serbi bazaar dan pameran yang emak Ayaran bisa bagikan berdasarkan pengalaman. Semoga cukup membantu terutama bagi rekan-rekan crafter pemula yang ingin ‘naik kelas’ dengan mengikuti bazaar dan pameran. Silahkan tambahkan jika ada kekurangan. Terima kasih.

Tanah Baru, 14/04/2015 01:14