(Warning! Hanya buat pemula. :))
Jadi ceritanya saat menerima orderan aksesoris dari beberapa
pelaku tas handmade newbie, saya sering menawarkan mau yang nikel atau atg? Ini
karena mereka tidak mencantumkan maunya yang warna apa. Pertanyaan selanjutnya biasanya
adalah nikel atau atg itu yang bagaimana Mbak?
Baiklah.. Jadi, di pasaran, ada beberapa warna/lapisan yang
biasa kita kenal. Ada nikel (putih), poles/bakar (coklat keemasan), dan emas
(emas muda, emas tua). Nah, nikel sendiri ada dua, lokal dan import. Cirinya yang
import lebih ‘cling’ daripada yang lokal. Harga juga jelas lebih mahal. Nikel import
juga nggak gampang karatan dibanding dengan nikel lokal.
Di kelas atg (pada beberapa supplier diberi kode agg) ada
dua jenis juga. Bakar dan poles. Yang poles ini setara kelasnya dengan nikel
import. Dia lebih cling, nggak gampang karatan, dan jelas lebih mahal. Sedangkan
yang bakar, pada kondisi lembab dia gampang sekali karatan.
Untuk warna emas, setahuku ada 3 varian. Emas muda, emas
tua, dan emas yang agak kemerahan. Sayang, stok yang ada di workshop ayaran cuma
yang emas muda. Selain nikel, poles/bakar, dan emas, ada juga black nikel. Tapi
dia paling jarang digunakan terutama di ranah tas handmade.
Khusus penggunaan nikel dan poles/bakar, dia masing-masing
membawa ‘jiwa’ pada si tas. Nikel kesannya lebih sporty dan casual. Sedangkan poles
lebih bersifat klasik vintage. Jadi,
kalau motif bahan kita misalnya vintage, sebaiknya sesuaikan aksesoris (ring,
kunci sodok, dll) dengan yang poles/bakar. Tapi kalau motif bahan kita lebih
casual, cheerful, pakai saja yang nikel. Biar bisa nyatu semua elemen di tas
itu. Demikian, CMIIW. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar