Translate

Rabu, 08 Januari 2014

Lampung Conservation Journey ZIC Part 2




Jam digital di dashboard Jlitheng menunjukkan angka cantik 22:44 begitu kami berhenti di depan rumah. Alhamdulillah, perjalanan indah ini berakhir sudah. Meski sesungguhnya, 3 malam 4 hari masih terasa kurang bagi kami. Dan aku yakin, itu dirasakan juga oleh semua ZICers, MakZIC, maupun KidZIC. Perkara baju kotor menggunung tinggi, atau badan pegal-pegal seolah habis ketabrak Joni (baca Lampung Conservation Journey ZIC Part 1), itu bisa nanti. Yang penting bahagia itu mengguyur kami semua. Seperti hujan yang tak perlu modal, diturunkan begitu saja bahagia itu olehNya. Lewat eratnya persahabatan, rekatnya kekeluargaan.

Games, Doorprize, Best of…

Sedikit berbeda dengan Jamnas atau touring sebelumnya, Jamnas kali ini seksi acara menyajikan sesuatu yang lebih menantang dari pada kubangan gajah. Di-handle oleh duet maut Tante UI; Lupi dan Ruri, tiap group diadu kekompakannya. Ujian pertama berupa games memindahkan karet dengan sedotan. Disusul kemudian mengisi botol air mineral dengan air laut sebanyak mungkin dibatasi waktu. Setelahnya lomba bakiak tandem. Selanjutnya menguji kelincahan jari dengan menganyam sedotan untuk ‘sangkar’ telur yang kemudian dijatuhkan. Dan setelahnya, futsal pantai yang jelas menguras tenaga. Untungnya, semua games itu dilaksanakan setelah sarapan pagi, dengan rasa masakan yang cenderung royal lada. Dari semua rangkaian games itu, yang keluar sebagai juara pertama group Mas Echo, Alpha, dan yang buncit groupku, Bravo.
Sementara Emak dan Bapaknya ketawa-ketiwi hepi berkompetisi, anak-anak yang sudah seperti saudara sendiri asyik dengan gank-nya masing-masing. Sebelumnya, disediakan pula lomba-lomba untuk mereka have fun bersama. Dan menutup aktivitas siang menjelang sore hari ketiga Jamnas, para emak rupanya tak mau kalah sama anak-anak, main air, naik banana boat. Dan tak mau kalah pula dengan kaver majalah lelaki dewasa, di kolam renang yang hanya sedalam 95 cm mereka berpose dengan aduhai. Masih merasa 17+ ya? Hahaha…Peace Maks…:P

Usai kumandang sholat Isya, satu persatu penghuni kamar di sayap kiri bangunan Grand Elty Krakatoa Hotel n Resort bermunculan menuju satu titik; gala dinner ZIC! Hujan tak menghalangi karena kehangatan persahabatan cukup tangguh mengusirnya. Juga kambing guling serta banyak hadiah yang sudah tersedia. Sedikit berbeda dengan tradisi sebelumnya, touring kali ini ada sidak kebersihan dan kerapihan mesin yang disediakan ganjaran bagi pemenangnya. Juga best dresscode saat di Way Kambas yang dimenangkan oleh Om Wied dan Te Novi. Keduanya, menurutku memang sangat layak menang polling. Bahkan petugas TSI Cisarua aja lewatttt. Naksir berat sama boot te Novi. Seksi! J Dan seperti tradisi touring atau event lainnya, ZIC selalu mengadakan tukar kado dan doorprize. Doorprize merupakan sumbangan ZICers, sukarela. Bisa juga dari sponsor. Sayang, tas cantik dari tante Nory belum berjodoh denganku. Huhuhu… Salut buat peserta touring terjauh, sepasang sejoli Om Budi Brown dan Tante Fifi dari DEnMArK yang habis digodain Mas Echo Leader karena sapi kaki 3-nya (manual). Juga dede bayi Om Manggar Te Alfa yang baru berusia 6 bulan sebagai peserta termuda.

Pulang!

Matahari masih malu-malu ketika aku keluar kamar pagi itu. Setengah enam, setelah kelelahan sesiangan kemarin dan semalam, ZICers pasti kebanyakan memilih bergelung di selimut usai sholat subuh pagi hari keempat Jamnas. Tebakanku mengena, karena di luar, hanya kujumpai ODL yang asyik mengambil beberapa foto sebelum kembali ke kamar. Aku meneruskan langkah ke dermaga tempat MakZIC ber-banana boat ria. Gunung Raja Basa masih tertutup awan atasnya. Menjelang terang baru awan itu menyibak, menampakkan puncak gunung yang melandai. Ingatanku terbawa ke puncak Arjuna lebih dua puluh tahun lalu, dari atas awan terlihat seolah gelombang di lautan. Indah sekali.


Sempat berbincang dengan sepasang suami istri asli Lampung di dermaga, sesi jalan-jalan sendiriku pagi ini kututup dengan obrolan dengan seorang bapak. Beliau pensiunan Pemda Lampung, diajak anak dan cucunya yang tinggal di Jakarta untuk refreshing, menyewa resort di Elty. Menjelang usia 69 tahun, Pak Syaiful masih tampak segar mengayuh sepeda sewaan. Beliau banyak bercerita tentang sekitar 60% pendatang, juga suku tertentu dengan stereotipnya masing-masing. Dan baru kutahu, ternyata jalan utama yang kami lalui sebenarnya adalah jalan baru. Jalan yang asli sebenarnya masih masuk di pedalaman. Daripada mengeluarkan dana banyak untuk bla bla bla, pemerintah daerah lebih memilih untuk membangun rute baru. Demikian menurut cerita beliau. Mungkin itu sedikit banyak menjawab pertanyaan di kepalaku, kenapa di beberapa bagian jalan rusak parah sementara di bagian yang lain mulus. Yap, dimana pun, friksi antara pemerintah, pendatang, dan penduduk asli pasti selalu ada.

Kembali ke kamar, aku segera packing, sementara anak-anak mengambil kesempatan terakhir bersenang-senang di kolam renang sebelum check out pukul 10. Dan seperti yang sudah diagendakan, CSR ZIC di kawasan ini berupa sumbangan untuk penanaman pohon bakau. Dilakukan secara simbolis dengan menanam pohon di halaman Elty. Dia akan jadi pengingat jika suatu saat kami berkesempatan kembali ke sini, bahwa pernah ada sebuah kebersamaan indah yang bernama Lampung Conservation Journey oleh Zafira Indonesia Community.

Usai foto-foto narsis seperti biasanya, kami lalu line up menuju jalan besar, kembali ke Bakauheni. Jadwal penyeberangan kapal jam 1, meski ternyata kepadatan traffic membuatnya molor menjadi jam 2 siang. Alhamdulillah, terimakasih kepada Om Didin yang dengan channel-nya membantu ZIC hingga mendapat perlakuan khusus. Termasuk ruang akomodasi yang nyaman sehingga ZICers sebagian bisa istirahat.
Dibanding Munic 1, armada yang kami tumpangi dari Merak ke Bakauheni, Caitlyn ini relative lebih bersih dan lebih lapang. Dan meski di geladak depan mushola diputar rekaman organ tunggal yang teramat menyedihkan suara music dan penyanyinya, tak apa. Toh kami yang di dalam tak mendengar. Hehe.. 

Setengah jam menjelang sandar, si awan gelap rupanya tak sabar lagi menurunkan bulir-bulir airnya. Hujan dengan angin lumayan kencang sedikit memberi goyangan. Alhamdulillah ketika kami harus keluar ruangan, kembali ke mobil untuk bersiap keluar kapal, hujan hanya rintik-rintik. Pun ketika kami melaju menuju tol, sudah berhenti total. Rencana berhenti di rest area untuk pembubaran sekaligus mengajukan request wisata durian dibatalkan. Waktu sudah mepet sekali. Sekalipun kami masih ingin bersama, anak-anak dan sebagian besar dari ZICers harus kembali ke alam nyata; belajar dan bekerja. Maka, pesan dan kesan petugas touring yang belum terakomodir selama berjalan dari Bakauheni, sekaligus pembubarannya kami laksanakan di rest area km 59. Kalau tak salah sih. Tempat sama pembubaran tourdak Anyer beberapa bulan lalu.

Senada, dengan beberapa tambahan di sana sini, all Zulu sepakat, bahwa hanya kepuasan dan kebahagiaan yang kami dapatkan. Soal kekurangan di sana sini termasuk sharing room, makanan, ketahanan sapi-sapi (sebutan cinta kami pada Zafira), dan uji nyali serta keahlian manuver driver, anggap saja sebagai kembang-kembang yang memperindah sebuah perjalanan. Tak sabar rasanya menanti touring berikutnya. Dan yang paling dekat tentu saja nobar. Membayangkan hasil jepretan dan rekaman serta editan mas Imam yang gesit luar biasa mencari angle pas, rasanya kami tak sabar saja. Yang jelas akan membahana di nobar nanti pasti adalah tawa.

Yap, ada banyak yang bisa mempersatukan kita dalam sebuah komunitas. Bisa tunggangan, bisa hobi, bisa profesi, bisa pula sebab lainnya. Yang membedakan kemudian adalah apakah komunitas itu melibatkan semua anggota keluarga, itu yang belum tentu semua bisa. Di Zafira, kami temukan itu. Beberapa dari kami bahkan melihat anak tumbuh bersama-sama. Dan seperti segala sesuatunya, ada proses yang mengiringi. Ada hati-hati yang siap berbagi, saling memahami, menahan friksi. Entah sampai kapan keluarga besar ini berjalan, hanya waktu yang mampu memberi jawaban. Sementara itu, kita nikmati saja indahnya, kebersamaannya, gelak tawanya.

Tanah Baru, 6 Jan ’14 21.18
Indarwati, MakZIC Slamet Harsono ZIC024, Jlitheng

4 komentar:

  1. Mantap tante Indar....semoga bisa terus berbagi....enjoy d life....salam ZIC

    BalasHapus
  2. Krupuk kaleeee, :P Thanks Om Santo.

    BalasHapus
  3. Thanks Pak Pres. ZIC emang oke begete! Gak sabar nunggu next touring.

    BalasHapus