Jam digital
di dashboard Jlitheng menunjukkan angka cantik 22:44 begitu kami berhenti di
depan rumah. Alhamdulillah, perjalanan indah ini berakhir sudah. Meski
sesungguhnya, 3 malam 4 hari masih terasa kurang bagi kami. Dan aku yakin, itu
dirasakan juga oleh semua ZICers, MakZIC, maupun KidZIC. Perkara baju kotor
menggunung tinggi, atau badan pegal-pegal seolah habis ketabrak Joni (baca
Lampung Conservation Journey ZIC Part 1), itu bisa nanti. Yang penting bahagia
itu mengguyur kami semua. Seperti hujan yang tak perlu modal, diturunkan begitu
saja bahagia itu olehNya. Lewat eratnya persahabatan, rekatnya kekeluargaan.
Games, Doorprize, Best
of…
Sedikit
berbeda dengan Jamnas atau touring sebelumnya, Jamnas kali ini seksi acara
menyajikan sesuatu yang lebih menantang dari pada kubangan gajah. Di-handle oleh duet maut Tante UI; Lupi dan
Ruri, tiap group diadu kekompakannya. Ujian pertama berupa games memindahkan
karet dengan sedotan. Disusul kemudian mengisi botol air mineral dengan air
laut sebanyak mungkin dibatasi waktu. Setelahnya lomba bakiak tandem. Selanjutnya
menguji kelincahan jari dengan menganyam sedotan untuk ‘sangkar’ telur yang
kemudian dijatuhkan. Dan setelahnya, futsal pantai yang jelas menguras tenaga.
Untungnya, semua games itu dilaksanakan setelah sarapan pagi, dengan rasa
masakan yang cenderung royal lada. Dari semua rangkaian games itu, yang keluar
sebagai juara pertama group Mas Echo, Alpha, dan yang buncit groupku, Bravo.
Sementara
Emak dan Bapaknya ketawa-ketiwi hepi berkompetisi, anak-anak yang sudah seperti
saudara sendiri asyik dengan gank-nya masing-masing. Sebelumnya, disediakan
pula lomba-lomba untuk mereka have fun
bersama. Dan menutup aktivitas siang menjelang sore hari ketiga Jamnas, para
emak rupanya tak mau kalah sama anak-anak, main air, naik banana boat. Dan tak
mau kalah pula dengan kaver majalah lelaki dewasa, di kolam renang yang hanya
sedalam 95 cm mereka berpose dengan aduhai. Masih merasa 17+ ya? Hahaha…Peace
Maks…:P
Usai
kumandang sholat Isya, satu persatu penghuni kamar di sayap kiri bangunan Grand
Elty Krakatoa Hotel n Resort bermunculan menuju satu titik; gala dinner ZIC!
Hujan tak menghalangi karena kehangatan persahabatan cukup tangguh mengusirnya.
Juga kambing guling serta banyak hadiah yang sudah tersedia. Sedikit berbeda
dengan tradisi sebelumnya, touring kali ini ada sidak kebersihan dan kerapihan
mesin yang disediakan ganjaran bagi pemenangnya. Juga best dresscode saat di Way Kambas yang dimenangkan oleh Om Wied dan
Te Novi. Keduanya, menurutku memang sangat layak menang polling. Bahkan petugas
TSI Cisarua aja lewatttt. Naksir berat sama boot te Novi. Seksi! J Dan seperti tradisi touring atau
event lainnya, ZIC selalu mengadakan tukar kado dan doorprize. Doorprize
merupakan sumbangan ZICers, sukarela. Bisa juga dari sponsor. Sayang, tas
cantik dari tante Nory belum berjodoh denganku. Huhuhu… Salut buat peserta touring
terjauh, sepasang sejoli Om Budi Brown dan Tante Fifi dari DEnMArK yang habis
digodain Mas Echo Leader karena sapi kaki 3-nya (manual). Juga dede bayi Om Manggar
Te Alfa yang baru berusia 6 bulan sebagai peserta termuda.
Pulang!
Matahari
masih malu-malu ketika aku keluar kamar pagi itu. Setengah enam, setelah
kelelahan sesiangan kemarin dan semalam, ZICers pasti kebanyakan memilih
bergelung di selimut usai sholat subuh pagi hari keempat Jamnas. Tebakanku
mengena, karena di luar, hanya kujumpai ODL yang asyik mengambil beberapa foto
sebelum kembali ke kamar. Aku meneruskan langkah ke dermaga tempat MakZIC
ber-banana boat ria. Gunung Raja Basa masih tertutup awan atasnya. Menjelang
terang baru awan itu menyibak, menampakkan puncak gunung yang melandai.
Ingatanku terbawa ke puncak Arjuna lebih dua puluh tahun lalu, dari atas awan
terlihat seolah gelombang di lautan. Indah sekali.
Sempat
berbincang dengan sepasang suami istri asli Lampung di dermaga, sesi
jalan-jalan sendiriku pagi ini kututup dengan obrolan dengan seorang bapak.
Beliau pensiunan Pemda Lampung, diajak anak dan cucunya yang tinggal di Jakarta
untuk refreshing, menyewa resort di Elty. Menjelang usia 69 tahun, Pak Syaiful
masih tampak segar mengayuh sepeda sewaan. Beliau banyak bercerita tentang
sekitar 60% pendatang, juga suku tertentu dengan stereotipnya masing-masing.
Dan baru kutahu, ternyata jalan utama yang kami lalui sebenarnya adalah jalan
baru. Jalan yang asli sebenarnya masih masuk di pedalaman. Daripada
mengeluarkan dana banyak untuk bla bla bla, pemerintah daerah lebih memilih
untuk membangun rute baru. Demikian menurut cerita beliau. Mungkin itu sedikit
banyak menjawab pertanyaan di kepalaku, kenapa di beberapa bagian jalan rusak
parah sementara di bagian yang lain mulus. Yap, dimana pun, friksi antara
pemerintah, pendatang, dan penduduk asli pasti selalu ada.
Kembali ke
kamar, aku segera packing, sementara
anak-anak mengambil kesempatan terakhir bersenang-senang di kolam renang
sebelum check out pukul 10. Dan
seperti yang sudah diagendakan, CSR ZIC di kawasan ini berupa sumbangan untuk
penanaman pohon bakau. Dilakukan secara simbolis dengan menanam pohon di
halaman Elty. Dia akan jadi pengingat jika suatu saat kami berkesempatan
kembali ke sini, bahwa pernah ada sebuah kebersamaan indah yang bernama Lampung
Conservation Journey oleh Zafira Indonesia Community.
Usai
foto-foto narsis seperti biasanya, kami lalu line up menuju jalan besar, kembali ke Bakauheni. Jadwal
penyeberangan kapal jam 1, meski ternyata kepadatan traffic membuatnya molor menjadi jam 2 siang. Alhamdulillah,
terimakasih kepada Om Didin yang dengan channel-nya
membantu ZIC hingga mendapat perlakuan khusus. Termasuk ruang akomodasi yang
nyaman sehingga ZICers sebagian bisa istirahat.
Dibanding
Munic 1, armada yang kami tumpangi dari Merak ke Bakauheni, Caitlyn ini
relative lebih bersih dan lebih lapang. Dan meski di geladak depan mushola
diputar rekaman organ tunggal yang teramat menyedihkan suara music dan
penyanyinya, tak apa. Toh kami yang di dalam tak mendengar. Hehe..
Setengah jam
menjelang sandar, si awan gelap rupanya tak sabar lagi menurunkan bulir-bulir
airnya. Hujan dengan angin lumayan kencang sedikit memberi goyangan. Alhamdulillah
ketika kami harus keluar ruangan, kembali ke mobil untuk bersiap keluar kapal,
hujan hanya rintik-rintik. Pun ketika kami melaju menuju tol, sudah berhenti
total. Rencana berhenti di rest area untuk pembubaran sekaligus mengajukan
request wisata durian dibatalkan. Waktu sudah mepet sekali. Sekalipun kami
masih ingin bersama, anak-anak dan sebagian besar dari ZICers harus kembali ke
alam nyata; belajar dan bekerja. Maka, pesan dan kesan petugas touring yang
belum terakomodir selama berjalan dari Bakauheni, sekaligus pembubarannya kami
laksanakan di rest area km 59. Kalau tak salah sih. Tempat sama pembubaran
tourdak Anyer beberapa bulan lalu.
Senada,
dengan beberapa tambahan di sana sini, all Zulu sepakat, bahwa hanya kepuasan
dan kebahagiaan yang kami dapatkan. Soal kekurangan di sana sini termasuk sharing room, makanan, ketahanan
sapi-sapi (sebutan cinta kami pada Zafira), dan uji nyali serta keahlian manuver
driver, anggap saja sebagai
kembang-kembang yang memperindah sebuah perjalanan. Tak sabar rasanya menanti
touring berikutnya. Dan yang paling dekat tentu saja nobar. Membayangkan hasil
jepretan dan rekaman serta editan mas Imam yang gesit luar biasa mencari angle pas, rasanya kami tak sabar saja.
Yang jelas akan membahana di nobar nanti pasti adalah tawa.
Yap, ada
banyak yang bisa mempersatukan kita dalam sebuah komunitas. Bisa tunggangan,
bisa hobi, bisa profesi, bisa pula sebab lainnya. Yang membedakan kemudian
adalah apakah komunitas itu melibatkan semua anggota keluarga, itu yang belum
tentu semua bisa. Di Zafira, kami temukan itu. Beberapa dari kami bahkan
melihat anak tumbuh bersama-sama. Dan seperti segala sesuatunya, ada proses
yang mengiringi. Ada hati-hati yang siap berbagi, saling memahami, menahan
friksi. Entah sampai kapan keluarga besar ini berjalan, hanya waktu yang mampu
memberi jawaban. Sementara itu, kita nikmati saja indahnya, kebersamaannya,
gelak tawanya.
Tanah Baru,
6 Jan ’14 21.18
Indarwati,
MakZIC Slamet Harsono ZIC024, Jlitheng
nice, crispy and smooth
BalasHapusMantap tante Indar....semoga bisa terus berbagi....enjoy d life....salam ZIC
BalasHapusKrupuk kaleeee, :P Thanks Om Santo.
BalasHapusThanks Pak Pres. ZIC emang oke begete! Gak sabar nunggu next touring.
BalasHapus