Translate

Jumat, 17 Mei 2013

Teman dan Kesan yang Mereka Tinggalkan



Sebenarnya, selain Hesti, ada beberapa nama yang sangat ingin kutemui sosoknya di Temu Kangen Arek Cewek STM Perkapalan Sda Sabtu lalu itu. Bukan karena mereka sedemikian dekat hingga bisa dikatakan sahabat, tapi karena beberapa sisi kehidupan mereka sempat bersinggungan denganku. Ibarat dua  lingkaran ada area arsiran yang tercipta antara kami berdua.

Yang pertama ingin kupeluk sosoknya adalah Ester. Seperti halnya Hesti, aku begitu berharap bertemu sampai tak berani membayangkan. Takut kecewa. Meski memang kemudian aku harus kecewa. Dia yang sempat konfirmasi datang ternyata tak muncul sampai detik terakhir. Hanya memalui telpon dia ada, lewat Yani yang bicara dengannya.

Mengapa aku begitu ingin bertemu dengannya? Arsiran lingkaran kami itu bernama kesamaan sifat tomboy. Di angkatan kami dulu, STMN Perkapalan angkatan kedua, ada 3 orang yang langsung kelihatan ‘nglanangi’. Itu adalah aku, Siwi, dan Ester. Itu karena pilihan potongan rambut kami yang cepak habis. Menjelang kenaikan kelas 3, aku dan Siwi ‘insaf’, lalu mengenakan jilbab. Insaf yang kumaksudkan di sini adalah hanya soal tongkrongan luar yang nglanangi. Attitudenya, masih teteup… susah kalau harus lembut kemayu medhoki seperti Ita atau Hesti. Sedangkan Ester, masih tetap setia dengan rambut cepaknya hingga lulus. Meski disbanding aku dia yang manis jelas langsung ketahuan ceweknya, tak seperti aku yang gendernya sempat menipu beberapa orang yang baru bertemu.

Melihat foto Ester di akun fesbuk teman sekelasnya saat reunion kelas beberapa saat lalu, tiba-tiba membuncah rindu. Ciee… aku ingin tahu bagaimana kabarnya sekarang karena dia termasuk beberapa orang yang tak masuk kerja di PT Pal Ind. Setahuku dia pulang ke kampong halamannya di Tuban, dan berkeluarga.

Berencana menghubunginya, ternyata beberapa hari lalu dia yang menghubungiku lebih dulu. SMS dan telpon kami, kemudian lancar jaya. Sayang sekali, dia memilih tak mempunyai akun fesbuk, tak menginstall whatsapp di gadgetnya, atau media social lainnya. Pilihan sikap yang bolehlah diapresiasi meski itu berarti aku tak bisa lebih mudah melihat update kondisi terkini. Yang kusuka dari Ester, anaknya apa adanya. Seperti halnya Hesti atau Yessy, tak ingin jaim di depan orang lain. Obrolan kami berlanjut bahkan sampai soal tunggangan alias mobil. Dasar nglanangi. Thanks for your support, dear… :)

Selain Ester yang jadi juragan kayu, teman lain yang ingin kutemui adalah Ery. Jika Ester termasuk anak yang ‘malu bertanya sesat di jalan’ hingga memilih masuk joiner alias interior kapal, maka Ery sebengkel dengan Ester, jurusan boat atau kapal non baja utamanya kayu. Cewek asli Krembung Mojokerto ini bersinggungannya denganku selama beberapa bulan kami seranjang. Ciee… meninggalkan Ita yang masih setia sama rumah dan keluarga Pak Munandar, aku mencari partner kosan baru di daerah Pucang, di rumah Bu Kaji—panggilan slank untuk orang yang sudah haji. 

Setiap jurusan selalu memiliki stereotipnya sendiri. Las, jelas urakan. Mesin, kadar ndableg dan urakannya satu level di bawah arek las meski di angkatanku sama-sama tak ada murid ceweknya. Ship atau konstruksi kapal baja agak tinggi hati. Listrik, jaim. Boat, menarik diri, dan joiner, yaa gitu deh… nggak pede maksudnya. Harus jujur, mereka sepertinya merasa hanya menjadi tukang kayu. Padahal aslinya seorang interior desainer kapal pun sama berharganya dengan perancang kapal di bidang lainnya. Hanya saja, tahapan awal mereka memang harus belajar perkayuan termasuk jenis-jenis joint dan sebagainya. Itu yang mereka tak siap mental kemudian merasa kurang berharga. Atau menurut pengakuan seorang teman yang entah dia jurusan joiner atau boat, perasaan itu karena mereka merasa golongan madesu, masa depan suram (eh sukses). Halooww… posisi menentukan prestasi, Bro. Bukan jurusan.

Tentang jurusanku sendiri.. Gambar Rancang Bangun Kapal atau lebih dikenal sebagai Desain, ehm (!, ada yang nyumbat di tenggorokan nih ;p) stereotipnya adalah nafsi-nafsi alias rada individualis yang biasanya merupakan efek dari kecerdasan. Masak sih? Iya. Buktinya, kelasku terkenal sebagai kelas yang bersih contek-mencontek. Yaah… setidaknya tak semua lah. Ada 2 orang yang langganan mencontek saat ulangan di kelasku. Beberapa lainnya melihat kebutuhan, termasuk aku salah satunya. Tapi sejak ketahuan pak wakepsek, aku tobat mencontek tujuh turunan. Maka sangat nelangsalah seorang siswa mesin yang dapat jatah kursi di kelas kami saat USB, Ulangan Sumatif Bersama. Kelas kami nggak sekompak kelasnya, katanya. Tobat dia sama kami yang nunduuukkk aja saat ulangan, sibuk dengan jawabannya sendiri-sendiri.

Oke, back to topic Ery, aku tak ingat apakah dia kemudian meninggalkanku untuk bersama Emma, atau terus pulang dan nglajo—pp-- rumah sekolah yang lumayan jauh. Yang jelas, seseorang yang menemaniku kemudian adalah dia yang ada dalam daftar yang ingin kujumpa untuk urutan 3.

Trio Nitta namaya. Asli sama dengan Ester, Tuban. Kalau pulang dari mudik, dia suka membawa kecap Tawon, tuak, dan sesekali apa itu namanya, buah yang mirip kolang kaling tapi lebih besar. Banyak dijual di sepanjang jalan masuk kota Tuban. Aku sering mampir dan membelinya dalam perjalanan mudik dari-ke Pati-Surabaya.

Aku tak ingat berapa lama kami bersama, hidup seranjang, berbagi meja rias yang jadi meja belajar, ngrasani ibu Kos dan berbagi hati kepada Mbah, yang masih saudara ibu kos yang membantu-bantu di rumah itu, minta dipijiti beliau sembari nonton tivi, atau gantian giliran nyuci.

Jika sebelumnya aku ditinggal pergi Ery, gantian Nitta yang kemudian tak setia, meninggalkanku dalam kesendirian kamar. Hiks! Tapi asline seneng juga sih bisa menguasai ranjang sendirian. Hahaha.. juga bebas gila-gilaan sendiri, termasuk galau mencari jati diri lewat asap rokok, patah hati diabaikan kakak kelas yang kutaksir berat, sampai kemudian mendapat hidayahNya, tobat dan berjilbab.

Nitta, kutahu kemudian tinggal di Malang, sama suami tercinta dan keluarganya. Sayang, reunion kemarin doi nggak datang. Tapi tak apalah, semoga di pertemuan berikutnya, mereka, aku juga, bisa dipertemukanNya.
Sebenarnya masih ada beberapa nama yang ingin kutulis. Tapi karena tugas sebagai ibu sudah memanggil-manggilku, maka cukup sekian dulu. Takut bosan juga bacanya kalau kepanjangan cerita. 

Teman lama, sosok dan bagaimana interaksi dengannya, sampai kapanpun akan tetap menjadi cerita, kenangan terindah yang tak akan pernah terlupa. Mereka turut mewarnai kita, membentuk kita menjadi sekarang ini. Semoga semua diberi kemudahan olehNya dalam menjalani kehidupan ini. Semoga semua bahagia, dalam apapun dan bagaimanapun skenarioNya. Amiin…
Love you all gals, muach! :)

Tanah Baru, 17 May 2013 05.19

5 komentar:

  1. buah siwalan mak namanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak nyonyahm. Siwalan. Baru ingat aku. Thanks ya. Dimakan siang2 segerrr... Apalagi yg nggak terlalu tua. Suka juga ya? :-)

      Hapus
    2. Iya mbak nyonyahm. Siwalan. Baru ingat aku. Thanks ya. Dimakan siang2 segerrr... Apalagi yg nggak terlalu tua. Suka juga ya? :-)

      Hapus
  2. benar mak, sahabat akan selalu memiliki tempat dihati kita ya...entah dulu atau sekarang :)

    BalasHapus
  3. Karena kita bukan pertapa? Hehehe
    Di era digital ini bahkan kita terutama aku bisa nambah sahabat dr dumay ya. Alhamdulillah.
    Thanks for comment.

    BalasHapus