Translate
Senin, 12 Oktober 2015
Behind the Scene Olshop (Dos n Donts sebagai seller dan buyer online)
Senin, 28 September 2015
Tentang Centang (Keling dan Jamur)
Minggu, 27 September 2015
Jenis Bahan/ Warna Aksesoris Tas.
Rabu, 02 September 2015
Senin, 03 Agustus 2015
T103 (Bahan Pelapis Tas)
Satu hal yang menjadi pembeda antara tas handmade dan tas grosiran selain kuantitas adalah bahan. Pernah dan sedang bermain di keduanya sungguh menambah pengetahuanku. Salah satunya adalah bahan pelapis atau interlining.
Pada tas grosiran, karena kebanyakan bahan utama menggunakan kulit, baik synthetic leather maupun yg genuine leather, maka interlining untuk outer nyaris tak diperlukan. Ini berbeda dengan tas handmade yang kebanyakan berbahan dasar fabric. Bisa linen, katun, kanvas, burlap, tenun, atau lainnya. Untuk memberi 'bentuk' selain menguatkan si outer (bahan utama) tadi, dipakailah interlining atau bahan pelapis. Salah satunya adalah t103.
T103 adalah sejenis kain keras yg bisa dipakai di industrial sepatu. Dia bisa disebut juga ujung keras. Mungkin karena fungsinya utk membuat kaku sepatu terutama di bagian ujung/depannya.
Sepanjang pengetahuanku ada 2 ketebalan di pasaran; 0,6 dan 0,8. Teksturnya campuran seperti kain dan kertas. Permukaannya sedikit bertekstur dengan serabut-serabut halus bermunculan sepanjang luasan bahan.
Selain ketebalan, jenis kain keras ini ada 2 macam; sedikit lembut dan agak kaku. Mantan tukang sepatuku mengatakan kalau itu membedakan utk sepatu laki-laki dan perempuan. Yang lebih halus tentu untuk sepatu perempuan.
Seperti halnya semua pabrikan bahan pelapis, si kain keras inipun ada berbagai macam lebar. Yang pernah dan sedang dijual di fanpage Ayaran craft adalah KS (kain keras) dengan lebar 140 cm dan 145 cm.
Meski teksturnya mirip kertas, ks ini sangat kuat. Aku sudah membuktikan sendiri, kurendam dari jam 8 malam sampai jam 5 pagi esok harinya dia nggak hancur. Hanya basah. Kuuji tarik pun nggak robek.
Pengaplikasiannya pada sepatu dengan dilem ke bahan utama. Memakai lem bening. Pada tas, selama ini aku hanya menjahitnya. Jadi pola ks sudah ditambah kampuh jahit.
Demikian sedikit tentang t103 alias kain keras alias ujung keras.
Kamis, 02 Juli 2015
Doctor Bag Batik
Tas model ini dikenal sebagai Doctor Bag karena model bukaannya seperti tas dinas dokter. Bukaan itu ada yang langsung tanpa ritsleting, ada pula yang diberi ritsleting. yang membuat bukaan dia berbeda adalah frame/ behel yang dipasang di mulutnya, di bawah ritsleting.
Frame berbentuk setengah segi empat dengan vaariasi sudut 90 derajat atau lonjong ini terbuat dari alumunium khusus (kalau tidak salah). Kebanyakan masih import, makanya harganya masih lumayan mahal. Untuk yang ukuran 30 cm biasa dibandrol oleh online sellers Rp 55.000,-/pc.
Selain framenya yang mahal, model ini juga lebih cocok kalau pakai handle dari kulit. Entah itu yang sintetis ataupun kulit asli. Itu juga saah satu alasan kenapa tas model ini lumayan mahal juga harga jualnya. Tapi, sesuailah dengan modelnya yang sebenarnya sederhana--karena prinsip dasar pembuatannya adalah totebag--tapi tampak elegan.
Nah, doctor bag buatanku ini adalah yang pertama. Seorang sahabat mengirimkan batiknya buat kubikin tas.
"Modelnya terserah deh," katanya.
"Sip," batinku. Bisa buat eksperimen nih. Hehehe...
Maka, setelah berminggu-minggu, kusela mengerjakan pesanannya yang lain dari bahan kanvas dengan model tertentu--yang terpaksa berhenti tengah jalan dan harus kubikin ulang karena kesalahan desain dan penentuan bahan--kubikinlah model ini.
Puas, jelas. Meski tetap harus ada beberapa hal yang perlu perbaikan.
Tas ini memakai frame ukuran 30 dengan handle kulit sintetis. Ukuran jadi 38L x 25H x 11T cm.
Kantung hape dan kantung ritsleting di dalam.
Selasa, 16 Juni 2015
Jenis-jenis Pelapis Tas
Rabu, 03 Juni 2015
Trik Sederhana Seharga Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu
Sabtu, 23 Mei 2015
Behind the Scene Tas Shanti
Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin membuat tas model ini. Tapi seperti tas Sejuta Umat yang juga bergaya feminim, aku yang lebih suka gaya sporty harus nunggu mood dulu. Sayangnya, eh serunya, customer kadang berhasil 'memaksa' kita menembus dinding mood itu. Kalau diibaratkan mungkin seperti editor buku yang ngejar2 naskah segera diselesaikan tak peduli si mood lagi ngumpet entah kemana--edisi curcol penulis. Hehehe..
Maka, pada suatu malam yang penuh berkah (semoga), aku meminang kit tas yang lebih dikenal sebagai Wings bag ini dari salah seorang senior di dunia per-tas-an handmade. Dan ketika jadi, kuberilah nama wings bag ini tas Shanti sesuai nama si Mbak.
Model tas ini dengan beberapa derivasinya sebenarnya sudah kupunya buku nya untuk dicontek.Juga ada tas milik kakak ku yang kuculik saat pulang Pati. Rencananya kubongkar lalu ku bikin pola dengan beberapa perubahan sesuai selera. Tapi akhirnya si kit yang berhasil kueksekusi.
Jadi, ada beberapa jalan untuk membuat tas.
1. Mendesain dan pecah pola sendiri. Cara ini yang kurasa paling pas n membuatku puas. Sampai saat ini tas2 Ayaran 80% hasil rekaan sendiri.
2. Nyontek model n pola dari buku.
3. Memutilasi tas jadi utk kemudian dicontoh sesuai potongannya.
4. Beli kit yang sudah lengkap bahan dan aksesoris serta tutorialnya.
Kembali ke tas Shanti, tanpa melihat tutorial aku langsung menjahitnya, setelah malam sebelumnya kuolesi coating anti air anti kotor. Hasilnya, ada beberapa perbedaan yg terjadi begitu saja, misal lipitan di bagian body depan yang mengarah ke luar, pemakaian kunci sodok, handle kulit sintetis --yang ini memang sudah diniati dari awal--dan proses penyambungan body dalam dengan gusset dengan sistem balik. Bukan pakai bisban.
Hasilnya, puasss.... Meski harus lebih dicoba lagi pemakaian coatingnya supaya benar2 mengamankan si tas dari kotoran.
Meski begitu, ada beberapa insiden juga saat pembuatan tas ini. Aku yg lebih suka aksesoris bakar/poles awalnya memaksakan seleraku itu. Tapi ternyata si bahan nggak 'kawin' sama si magnet snap dan kunci sodoknya. Terpaksa kudedel lah. Untungnya hasil dedelan nggak terlihat kentara di jahitan.
Dan, tas Shanti dengan pola original ternyata juga nggak imbang dengan peletakan handle panjang. Maka kuoperasilah si pegangan handle. Dan tanpa ribet menjahit, kumanfaatkan jamur centang untuk merekatkan pegangan handle dan body kanvasnya. Hasilnya selain fungsional juga menambah nilai estetika.
Yang sekarang sedang proses adalah pemotongan bahan untuk kits dan workshop rutin di bengkel Ayaran. Mau coba bikin tas Shanti? Colek2 saja ya.. :)
2015.05.23 - 11:13
Minggu, 17 Mei 2015
Kopdar Kedua Crafter Jaksel
Berawal dari obrolan di group whatsapp, kopdar kedua crafter Jaksel akhirnya berhasil dilaksanakan. Agenda utamanya bedah buku craft terutama bag making sekaligus sharing tentang FAQ (Frequently Ask Questions) dalam bag making. Agenda kedua WS bikin dompet genthong. Tapi ternyata yang kedua urung dilaksanakan karena sampai asar berkumandangpun sharing tentang tips n trik dalam pembuatan tas handmade rasanya belum tuntas.
Bukan sekedar teori dan menunjukkan bagaimana, tapi kopdar ini juga diwarnai praktek langsung. Itulah mengapa workshop Ayaran sengaja dipilih sebagai tempat kopdar. Jadi saat crafter ada yang bertanya bagaimana memasang rivet dan eyelet dengan handpress, bisa langsung dipraktekkan. Juga saat ada crafter yang tanya, kenapa hasil pemasangan rivetnya (paku centang) dan eyeletnya (mata sapi) jelek, emak Ayaran bisa langsung membandingkan matras miliknya dengan milik si penanya. Sehingga ketahuan dimana salahnya. Juga langsung dipraktekkan cara memasang rivet/eyelet yang benar.
Tak ketinggalan emak Ayaran dan jeng Vita kreatif membandingkan dua produk coating waterproof (beli dia dua olshop berbeda) pada dompet dan tas yang telah dicoating.
Nggak sekedar sharing tentang bag making terutama teknik dan peralatan-peralatan serta bahan, kopdar juga diselipi sharing dari mbak Dewi tentang teknik menjahit baju terutama lengan dan mukena saat break makan siang dan pagi saat baru beberapa orang yang datang.
Sebagai alumnus dari sebuah lembaga kursus menjahit busana terkenal, ilmu si mbak berguna sekali bagi crafter yang juga tertarik pada seni menjahit lain di luar tas. Dan pengetahuan mbak Fonza si fabric trader tentang berbagai macam bahan serta kecerdasannya melihat peluang-peluang bisnis di dunia tas handmade cukup memberikan pencerahan.
Meski yang datang kopdar kali ini tak sebanyak kopdar pertama, salah satunya terkendala long weekend dimana banyak member keluar kota, so far, semua puas dengan silaturahmi yang terjaga dan sharing ilmu serta pengalaman emak Ayaran dan member lainnya.
Kopdar selanjutnya diagendakan setelah hari Raya, sekalian halal bihalal dan akan diadakan WS bikin sesuatu. Tempat inshaaAllah di workshop Ayaran dan potluck dengan membawa-bagi makanan lagi. Dan pasti nya, akan tetap ada sharing pengetahuan dan pengalaman.
Catatan akhir:
Sebagai nyonya rumah, emak Ayaran berterima kasih sekali pada semua teman yang ikut membantu mencuci piring sendiri setelah makan (hihihi) dan merapikan workshop setelah 'dijarah' barang2nya. Terutama ke mbak Ana yang geulis.
Mari kita 'gandeng tangan', biar slow but sure. ^*^
Tanah Baru, 17/05/'15 20:58
2015.05.17 - 19:44
Kamis, 07 Mei 2015
Tas untuk Anak Lelakiku
Alhamdulillah. Terbukti, membahagiakan anak itu tak perlu dengan barang mahal dan bermerk.